Xi Serukan China dan Uni Eropa Bersatu Hadapi Dunia

Presiden China Xi Jinping kembali menegaskan pentingnya kerja sama antara China dan Uni Eropa dalam menjaga stabilitas global. Dalam pertemuan bilateral di Beijing, Xi menyebut kedua pihak sebagai “dua pemain besar di panggung dunia” yang memiliki tanggung jawab besar dalam memilih arah strategis di tengah perubahan global yang cepat dan penuh tantangan.
KTT ke-25 antara China dan Uni Eropa digelar dalam suasana yang menegangkan, di mana sejumlah isu besar seperti defisit perdagangan, kebijakan ekspor, serta ketegangan geopolitik menjadi latar belakang utama. Meskipun demikian, Xi menegaskan bahwa hubungan antara kedua pihak harus tetap berlandaskan prinsip saling menghormati dan keterbukaan.
Tegangan Dagang hingga Isu Keamanan
Pertemuan tersebut terjadi di tengah peningkatan tensi dagang antara China dan Uni Eropa, terutama setelah Brussel meningkatkan pengawasan terhadap ekspor kendaraan listrik dari China. Uni Eropa menganggap bahwa praktik subsidi oleh pemerintah China telah merusak persaingan pasar secara tidak adil. Di sisi lain, China juga mengecam langkah proteksionis tersebut sebagai bentuk diskriminasi ekonomi.
Namun dalam pidatonya, Xi mendorong Uni Eropa untuk tidak terjebak dalam logika konfrontatif. Ia menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi dunia saat ini tidak bisa diselesaikan dengan membangun tembok atau memisahkan diri. Sebaliknya, negara-negara besar harus memperkuat dialog dan kerja sama yang saling menguntungkan.
Xi juga menyinggung pentingnya peran China dan Uni Eropa dalam menjaga stabilitas rantai pasokan global dan menghadapi isu perubahan iklim. Ia mengajak kedua pihak untuk tetap berpegang pada prinsip multilateralisme dan menolak segala bentuk unilateralisme yang merugikan banyak pihak.
Di tengah perbedaan pandangan soal ekonomi, China dan Uni Eropa masih menemukan titik temu dalam isu perubahan iklim. Dalam pertemuan tersebut, kedua pihak sepakat untuk memperkuat kerja sama dalam mendukung target-target Perjanjian Paris, terutama menjelang Konferensi Iklim COP30 mendatang di Brasil.
Baca juga : Hubungan Dagang UE-Cina Perlu Rebalancing, Kata Kamar Dagang
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, yang hadir dalam pertemuan itu, menilai hubungan antara China dan Uni Eropa sedang berada di titik kritis. Menurutnya, meski ada banyak perbedaan, kedua pihak tetap memiliki kepentingan bersama dalam menciptakan dunia yang stabil dan aman.
Von der Leyen menambahkan bahwa Uni Eropa akan terus berdialog dengan China secara terbuka namun tegas, terutama dalam isu-isu sensitif seperti hak asasi manusia, perdagangan yang adil, dan stabilitas regional. Ia juga menyatakan harapannya agar hubungan dengan China tidak berkembang menjadi rivalitas yang merusak, melainkan menjadi kemitraan strategis yang berimbang.