Trump Naikkan Tarif, China dan Energi Hijau Terimbas Besar

Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengguncang panggung ekonomi global setelah mengumumkan kebijakan tarif baru terhadap berbagai produk impor, termasuk sektor energi terbarukan. Dalam pernyataannya, Trump menegaskan langkah ini sebagai bagian dari strategi perlindungan industri dalam negeri. Namun kebijakan tersebut segera memicu kekhawatiran luas akan ketegangan perdagangan baru, terutama dengan China, sekaligus mengancam perkembangan industri energi hijau di Amerika Serikat.
Trump menyebut dukungan terhadap energi terbarukan sebagai pemborosan yang mahal dan tidak memberikan hasil nyata bagi perekonomian. Ia juga memutuskan menghentikan sejumlah insentif pajak bagi industri energi bersih dalam waktu 45 hari ke depan. Langkah tersebut langsung menimbulkan kegelisahan di pasar saham, dengan berbagai emiten energi hijau mengalami penurunan harga signifikan beberapa jam setelah pengumuman kebijakan.
Dampak Langsung pada Industri Energi Bersih
Kebijakan tarif dan penghentian insentif pajak membawa konsekuensi serius bagi sektor energi terbarukan di Amerika Serikat. Industri tenaga surya, misalnya, sangat bergantung pada dukungan pemerintah berupa kredit pajak untuk mempertahankan harga jual yang kompetitif di pasar domestik. Tanpa insentif, biaya produksi berpotensi naik, membuat konsumen beralih ke sumber energi konvensional yang lebih murah.
Sejumlah perusahaan energi terbarukan langsung merasakan dampaknya. Saham perusahaan yang bergerak di bidang panel surya dan inverter tercatat mengalami koreksi hingga 5 persen. Investor pun khawatir bahwa hilangnya insentif akan memperlambat proyek-proyek baru di sektor energi bersih, yang selama ini menjadi salah satu motor pertumbuhan ekonomi hijau di Amerika.
Selain sektor energi, kebijakan Trump juga memicu kekhawatiran bahwa peningkatan tarif akan berdampak pada harga barang konsumsi lain, karena banyak komponen manufaktur berasal dari impor. Konsumen dikhawatirkan akan menanggung beban harga lebih tinggi, sementara pelaku industri energi hijau terancam kehilangan daya saing di pasar global.
Ketegangan Dagang dengan China Kembali Meningkat
Langkah proteksionis Trump secara otomatis menimbulkan respons dari China, yang merupakan salah satu mitra dagang terbesar Amerika Serikat. Pemerintah China mengecam kebijakan tarif baru ini, menyebutnya sebagai tindakan sepihak yang bisa memperburuk hubungan dagang kedua negara.
China kini justru semakin agresif memperkuat industri energi terbarukan sebagai strategi untuk mengurangi ketergantungan pada pasar ekspor Amerika. Beijing bertekad mengembangkan pasar domestik energi hijau, membangun infrastruktur panel surya dan tenaga angin dalam skala masif, serta menginvestasikan dana besar ke penelitian teknologi penyimpanan energi.
Pengamat ekonomi memperkirakan China akan mengisi kekosongan pasar yang ditinggalkan Amerika dalam sektor energi hijau global. Jika AS mengurangi peran, China berpotensi menjadi pemain dominan dalam ekspor teknologi energi bersih ke Eropa, Asia Tenggara, hingga Afrika. Situasi ini menciptakan dinamika baru dalam persaingan geopolitik dan teknologi antara kedua negara.
Tantangan Ekonomi Global dan Masa Depan Energi
Kebijakan baru Presiden Trump tidak hanya berdampak pada hubungan dagang dengan China, tetapi juga memicu efek domino ke berbagai sektor ekonomi global. Bursa saham di Eropa dan Timur Tengah sempat melemah setelah pengumuman Trump, meski beberapa pasar mulai stabil ketika investor mencerna langkah lanjutan yang mungkin diambil kedua negara.
Di sisi lain, para penggiat lingkungan mengkhawatirkan bahwa mundurnya Amerika dari dukungan energi bersih bisa menghambat upaya global dalam mengatasi perubahan iklim. Hilangnya insentif pajak bisa memperlambat transisi energi bersih, padahal dunia sedang berpacu mengurangi emisi karbon demi mencapai target iklim internasional.
Baca juga : Trump Larang Investor China Beli Lahan Pertanian di AS
Namun, sejumlah kalangan menilai kebijakan ini bisa menjadi momentum bagi negara lain, termasuk China, untuk mengambil peran lebih besar dalam memimpin inovasi energi hijau dunia. Persaingan teknologi akan semakin ketat, tetapi bisa memacu lahirnya solusi energi bersih yang lebih efisien.
Kebijakan tarif baru dan penghentian insentif energi hijau yang diumumkan Presiden Trump menciptakan ketidakpastian di pasar global. Sektor energi bersih Amerika terancam melambat, sementara China bersiap mengambil peluang untuk memperkuat dominasinya dalam teknologi hijau. Dunia kini menunggu perkembangan lebih lanjut dari negosiasi dagang kedua negara, yang akan sangat menentukan stabilitas ekonomi dan masa depan industri energi terbarukan.