Trump Ancam China dengan Tarif 200 Persen Jika Tak Pasok Magnet
                       
            Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan ancaman dalam persaingan dagang dengan Beijing. Ia menyatakan siap mengenakan tarif ekspor 200 persen terhadap produk asal China bila Negeri Tirai Bambu tidak memasok magnet langka ke Amerika Serikat. Magnet tersebut merupakan komponen penting bagi industri kendaraan listrik, energi terbarukan, hingga peralatan militer modern.
Pernyataan itu disampaikan Trump saat melakukan pertemuan dengan Presiden Korea Selatan. Menurutnya, Washington memiliki posisi tawar kuat dan siap melindungi kepentingan nasional dengan langkah tegas. Ancaman tarif 200 persen ini memperlihatkan bagaimana AS memandang pasokan mineral langka sebagai aset strategis yang tidak bisa diabaikan.
Langkah ini juga menandai kelanjutan ketegangan panjang dalam hubungan dagang AS-China, di mana kedua negara kerap menggunakan instrumen ekonomi sebagai senjata diplomatik.
Dampak Ekonomi dan Risiko Global
Ancaman tarif 200 persen dari Trump langsung menuai reaksi keras dari berbagai pihak. China selama ini memasok hampir 90 persen kebutuhan magnet langka dunia, sehingga potensi tarif tinggi akan berdampak luas terhadap rantai pasok global. Industri otomotif, teknologi, hingga sektor pertahanan di banyak negara diperkirakan akan merasakan imbasnya.
Trump menegaskan bahwa kebijakan ini bukan sekadar gertakan, melainkan peringatan agar China tidak menghalangi ekspor mineral penting tersebut. Namun, banyak analis menilai langkah ini bisa menjadi pedang bermata dua, sebab AS juga masih bergantung pada impor bahan mentah dari China.
Jika benar diterapkan, tarif 200 persen dapat memicu kenaikan harga produk berbasis teknologi di pasar global. Hal ini juga bisa menimbulkan ketidakstabilan ekonomi, terutama di tengah upaya pemulihan pascapandemi dan gejolak geopolitik internasional. Ancaman ini pun memunculkan kekhawatiran akan terjadinya perang dagang jilid baru antara Washington dan Beijing.
Meski keras, ancaman tarif 200 persen juga membuka peluang negosiasi baru. Trump memberi sinyal bahwa Washington masih bersedia berdialog jika Beijing mau kembali membuka keran ekspor magnet. Dalam pandangan sejumlah pengamat, strategi ini adalah bentuk tekanan diplomatik untuk memaksa China duduk di meja perundingan.
Baca juga : Pabrik Fast Fashion Terancam Tarif Baru AS
Reaksi internasional beragam. Beberapa sekutu AS mendukung langkah Trump karena khawatir ketergantungan pada pasokan China, sementara pihak lain menilai eskalasi tarif hanya akan memperburuk ketidakpastian global. Investor pun kini menunggu perkembangan lanjutan, apakah ancaman tersebut akan diwujudkan atau berujung pada kesepakatan baru.
Ke depan, keberhasilan diplomasi akan sangat menentukan arah hubungan kedua negara. Jika tercapai kompromi, stabilitas ekonomi global dapat terjaga. Namun jika gagal, ancaman tarif 200 persen bisa menjadi pemicu konflik dagang baru yang lebih luas, dengan konsekuensi besar bagi pasar internasional.