Tarif Susu Uni Eropa China Naik Hingga 42,7 Persen
Tarif Susu Uni Eropa kini menghadapi bea masuk sementara dari China setelah Kementerian Perdagangan China menyelesaikan temuan awal penyelidikan anti-subsidi. Kebijakan itu diumumkan pada 22 Desember 2025 dan mulai berlaku 23 Desember 2025. Beijing menilai subsidi Uni Eropa melalui Kebijakan Pertanian Bersama atau CAP telah menimbulkan kerugian material bagi industri susu domestik.
Tarif sementara dipatok pada rentang 21,9 persen hingga 42,7 persen, sementara banyak eksportir disebut berada di kisaran sekitar 30 persen. Langkah ini hadir saat ketegangan dagang meningkat, menyusul tarif Uni Eropa terhadap kendaraan listrik asal China. Importir dan distributor pun mulai menghitung ulang biaya, harga jual, serta stok yang sedang berjalan.
Sejumlah pelaku usaha menilai Tarif Susu Uni Eropa berpotensi mengubah pola kontrak pasokan pada awal 2026, terutama untuk produk premium yang sensitif harga. Otoritas China menekankan pungutan ini bersifat provisional hingga keputusan final keluar. Uni Eropa menyatakan keberatan dan meminta proses yang dianggap transparan serta berbasis bukti.
Produk yang Terdampak dan Skema Pungutan
Produk yang dikenai pungutan mencakup keju segar, keju olahan, keju biru seperti Roquefort, serta susu dan krim dengan kadar lemak di atas 10 persen. Otoritas China meminta pelaku usaha memeriksa klasifikasi barang agar tidak keliru menafsirkan cakupan kebijakan. Penyelidikan anti-subsidi diluncurkan pada Agustus 2024 atas permintaan asosiasi industri susu di China. Temuan awal menyorot dukungan Uni Eropa melalui Kebijakan Pertanian Bersama atau CAP.
Sejumlah laporan menyebut sekitar 60 perusahaan Eropa terdampak, dari produsen koperasi hingga merek ritel yang sudah lama beredar di Asia. Rentang tarif berada pada 21,9 persen sampai 42,7 persen, sementara banyak perusahaan diperkirakan membayar sekitar 30 persen. Nilai tarif berbeda antarperusahaan karena otoritas menilai tingkat subsidi dan kerja sama dalam pemeriksaan. Bagi eksportir, Tarif Susu Uni Eropa membuat perencanaan volume pengiriman serta penetapan harga lebih rumit untuk awal 2026.
Di pelabuhan, pungutan diberlakukan sebagai setoran saat proses kepabeanan, sehingga arus barang tetap berjalan namun biaya impor langsung meningkat. Tarif Susu Uni Eropa mendorong importir menegosiasikan ulang kontrak, menahan promosi, atau mencari alternatif pasokan untuk menekan risiko lonjakan harga. Segmen yang paling cepat terdampak biasanya keju premium yang bergantung pada merek tertentu dan pasokan stabil. Perusahaan yang tidak kooperatif dalam penyelidikan berisiko dikenai tarif paling tinggi.
Di pasar China, kebijakan ini berpotensi memberi ruang bagi produsen lokal yang belakangan menghadapi tekanan oversupply dan pelemahan permintaan. Namun, pedagang ritel dan pelaku Horeka memperkirakan biaya yang naik bisa mendorong penyesuaian harga pada segmen keju impor premium. Konsumen kemungkinan belum merasakan dampak serentak, tetapi beberapa produk dapat lebih dulu berubah ketika stok lama menipis. Sebagian distributor mulai melirik pemasok non-Uni Eropa untuk menjaga variasi produk tetap tersedia di ritel.
Baca juga : Thailand Pakai Mesin Tiongkok yang Belum Teruji
Uni Eropa menyatakan keberatan atas temuan awal penyelidikan dan menilai pungutan tersebut tidak berdasar, sementara Beijing menegaskan prosesnya mengikuti aturan perdagangan. Pada saat yang sama, kedua pihak masih berunding terkait kebijakan kendaraan listrik, termasuk opsi komitmen harga minimum sebagai alternatif tarif. Ketidakpastian ini membuat pelaku usaha menunggu sinyal apakah kebijakan susu akan menjadi bagian dari paket negosiasi yang luas. Otoritas China memberi ruang bagi perusahaan mengajukan pembelaan selama proses berjalan.
Tarif Susu Uni Eropa yang bersifat sementara dapat berubah pada keputusan final, baik turun, tetap, maupun naik, tergantung bukti tambahan dan tanggapan para pihak. Untuk importir dan eksportir, langkah paling realistis adalah menyiapkan skenario biaya, meninjau klausul kontrak, dan memperkuat transparansi asal produk. Jika penyesuaian berlangsung lama, perusahaan bisa mengalihkan penjualan ke pasar lain atau menaikkan porsi produk bernilai tambah.