Taiwan Gelar Latihan Militer 10 Hari Hadapi Ancaman China

Taiwan memulai salah satu latihan militernya yang terbesar, Han Kuang Exercise, yang dijadwalkan berlangsung selama 10 hari. Latihan ini digelar di tengah ketegangan yang kian meningkat dengan Republik Rakyat China. Pemerintah Taiwan menegaskan, latihan militer ini bukan hanya sekadar simulasi, melainkan bagian dari strategi kesiapsiagaan untuk menghadapi kemungkinan skenario serangan nyata dari Beijing.
Menurut laporan resmi, latihan Han Kuang yang digelar tahun ini merupakan yang terpanjang dalam sejarah latihan tahunan Taiwan. Sebelumnya, durasi latihan hanya sekitar lima hari. Pemerintah Taiwan menilai ancaman dari China semakin nyata setelah serangkaian patroli militer dan aktivitas agresif China di perairan sekitar Taiwan terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengungkapkan bahwa latihan Han Kuang kali ini akan memfokuskan pada skenario “combat readiness” termasuk simulasi pertahanan pantai, perlindungan instalasi vital, serta penanganan skenario serangan rudal ke pusat komando militer. Skenario ini mencakup penggunaan sistem tempur mutakhir, seperti tank Abrams M1A2T buatan Amerika Serikat dan sistem roket HIMARS yang mampu menghantam target jarak jauh dengan presisi tinggi.
Peralatan Modern dan Partisipasi Reservis
Salah satu sorotan terbesar dalam latihan tahun ini adalah keikutsertaan tank Abrams M1A2T yang baru saja diterima Taiwan dari Amerika Serikat. Empat unit tank tersebut dipamerkan secara langsung dalam latihan tembak di lapangan, dengan Presiden Taiwan, Lai Ching-te, hadir memantau jalannya demonstrasi. Selain Abrams, latihan ini juga melibatkan jet tempur F-16V, helikopter serang AH-64 Apache, serta sistem pertahanan udara canggih.
Tak hanya mengandalkan militer aktif, latihan Han Kuang juga melibatkan lebih dari 22.000 personel pasukan cadangan. Pasukan cadangan turut dilatih menghadapi berbagai situasi darurat, mulai dari evakuasi warga sipil hingga pengamanan infrastruktur penting. Dalam salah satu skenario, pemerintah mensimulasikan proses evakuasi warga dari pusat perbelanjaan ke bunker bawah tanah untuk melatih kesiapan menghadapi potensi serangan mendadak.
Langkah ini dipandang sebagai upaya serius Taiwan untuk memperkuat total defense strategy, yaitu konsep pertahanan yang menggabungkan kekuatan militer dengan partisipasi masyarakat sipil. Keterlibatan masyarakat dalam latihan militer diharapkan menciptakan rasa siap siaga nasional yang lebih solid, sekaligus menjadi pesan politik bahwa Taiwan tidak akan tinggal diam jika menghadapi agresi militer.
Respon China dan Sikap Internasional
China bereaksi keras terhadap latihan Han Kuang. Beijing menyebut latihan militer Taiwan sebagai bentuk provokasi yang dapat meningkatkan ketegangan di kawasan. Pemerintah China menegaskan bahwa Taiwan adalah bagian dari wilayahnya dan menolak setiap bentuk upaya kemerdekaan. Bahkan, menjelang latihan dimulai, China mengirimkan kapal perang dan pesawat tempur mendekati wilayah udara identifikasi Taiwan, yang memicu kecemasan di kalangan pengamat geopolitik.
Meski demikian, Amerika Serikat menegaskan bahwa latihan Han Kuang adalah bagian dari hak Taiwan untuk mempertahankan wilayahnya. Washington menilai Taiwan berhak melaksanakan latihan militer demi menjaga keamanan nasional dan stabilitas kawasan Indo-Pasifik. Dukungan tidak hanya datang dari AS, tetapi juga dari sejumlah negara demokrasi yang menganggap keamanan Taiwan sebagai elemen penting dalam menjaga keseimbangan kekuatan di Asia.
Baca juga : Latihan Han Kuang Taiwan Uji Kekuatan Militer dan Kesiapsiagaan Siber
Sementara itu, Taiwan bersikeras bahwa latihan Han Kuang murni bersifat defensif dan bukan langkah agresif. Presiden Lai Ching-te menyatakan bahwa latihan ini menunjukkan kesiapan Taiwan menghadapi berbagai ancaman, sekaligus memperkuat moral rakyat di tengah situasi geopolitik yang tidak menentu.
Kesimpulannya, latihan Han Kuang 10 hari menjadi simbol keteguhan Taiwan dalam mempertahankan kedaulatan di bawah tekanan Beijing. Dengan mengerahkan tank Abrams, HIMARS, dan ribuan pasukan, Taiwan berupaya mengirim pesan kuat bahwa mereka siap menghadapi segala kemungkinan. Dunia kini terus memantau bagaimana dinamika di Selat Taiwan akan berkembang, seiring hubungan China-Taiwan yang semakin penuh ketegangan.