Shanghai WAIC 2025 Tegaskan Persaingan AI AS dan China

Konferensi World Artificial Intelligence Conference (WAIC) 2025 yang digelar di Shanghai tidak hanya menjadi ajang pamer inovasi kecerdasan buatan, tetapi juga simbol kuat dari persaingan teknologi antara China dan Amerika Serikat. Ribuan peserta dari berbagai negara hadir untuk menyaksikan kemajuan pesat teknologi AI China yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok, termasuk Huawei, Alibaba, Baidu, dan startup seperti DeepSeek.
Lebih dari 800 perusahaan memamerkan lebih dari 3.000 produk kecerdasan buatan, termasuk 40 model bahasa besar (large language models), 60 robot cerdas, dan berbagai perangkat AI lainnya. WAIC menjadi titik penting dalam strategi China untuk mengukuhkan posisi sebagai pemain utama dalam perlombaan global penguasaan teknologi AI.
Presiden China, Xi Jinping, dalam sambutannya menyampaikan pentingnya kemandirian teknologi dan mendorong pengembangan AI yang berfokus pada kebutuhan nasional, inovasi terbuka, dan tata kelola yang etis. Konferensi ini juga menunjukkan bahwa meski dibatasi oleh sanksi perdagangan AS, perusahaan-perusahaan China tetap mampu melakukan inovasi dan mempertahankan laju pertumbuhan di bidang AI.
DeepSeek Tantang Dominasi AS di Bidang Model AI
Salah satu sorotan utama dari WAIC 2025 adalah kehadiran startup DeepSeek, yang memamerkan model bahasa besarnya yang disebut-sebut mampu menyaingi GPT-4 milik OpenAI dari AS. DeepSeek menjadi representasi nyata dari pendekatan efisien dan biaya rendah yang diterapkan perusahaan Tiongkok untuk mengejar ketertinggalan teknologi. Model ini dikembangkan dengan sumber daya komputasi yang lebih terbatas, namun menghasilkan performa yang dinilai kompetitif oleh para ahli.
DeepSeek tidak hanya memamerkan kecanggihan teknologinya, tetapi juga menyuarakan filosofi keterbukaan dan kolaborasi. Berbeda dengan pendekatan proprietary seperti yang diadopsi oleh perusahaan Barat, DeepSeek mengusung semangat open-source, yang disebut sebagai bagian dari strategi kolektif untuk mempercepat kemajuan AI secara global.
Kehadiran DeepSeek dan model-model AI lokal lainnya menunjukkan bahwa China tidak hanya mengejar ketertinggalan, tetapi juga mulai menantang dominasi AS secara langsung. Dalam berbagai sesi diskusi, pengamat internasional menyebut momen ini sebagai “Sputnik moment” baru, mengingatkan pada era Perang Dingin saat Uni Soviet mengejutkan dunia dengan peluncuran satelit pertama.
WAIC 2025 mempertegas bahwa rivalitas teknologi antara China dan Amerika Serikat akan terus meningkat, terutama di sektor AI yang kini menjadi pusat kekuatan ekonomi dan geopolitik dunia. AS sebelumnya telah mengambil langkah-langkah strategis untuk membatasi akses China terhadap chip dan perangkat keras canggih, namun realita di lapangan menunjukkan bahwa upaya tersebut belum sepenuhnya membendung laju inovasi Tiongkok.
Baca juga : China Dorong Industri Masa Depan, Siap Bersaing Global
Para pakar menyebut bahwa China kini tidak lagi sekadar meniru, tetapi telah memasuki fase menciptakan. Teknologi yang ditampilkan di WAIC menunjukkan keunikan pendekatan lokal, dari bahasa pemrograman hingga sistem integrasi yang lebih sesuai dengan kebutuhan pasar domestik dan regional Asia.
Pemerintah China juga secara aktif membangun kerangka hukum dan etika untuk pengembangan AI yang bertanggung jawab. Dalam konferensi tersebut, berbagai panel membahas pentingnya tata kelola global AI yang adil, tidak didominasi oleh satu negara, serta pentingnya kolaborasi lintas batas.