Konflik antara Rusia dan Ukraina kembali memanas setelah Rusia melancarkan serangan udara terbesar sejak awal invasi. Serangan tersebut dilakukan secara bertubi-tubi selama empat malam terakhir, melibatkan ratusan drone Shahed buatan Iran serta rudal balistik dan jelajah. Serangan terbaru ini memperlihatkan eskalasi signifikan dalam intensitas serangan Moskow, sekaligus meningkatkan penderitaan rakyat Ukraina yang kini menghadapi ancaman hampir setiap malam.

Ratusan Drone dan Rudal Hantam Kota-Kota Ukraina

Data yang dihimpun dari berbagai sumber termasuk laporan BBC, Reuters, dan AP News, menyebutkan bahwa salah satu gelombang serangan tercatat melibatkan sekitar 400 drone dan 18 rudal yang ditembakkan ke wilayah Ukraina barat dan Kyiv selama hampir 10 jam. Serangan ini menghantam wilayah Chernivtsi, Lviv, Lutsk, dan Kyiv, menimbulkan kehancuran pada infrastruktur sipil, termasuk rumah warga, fasilitas pendidikan, hingga kantor pemerintahan.

Di kota Chernivtsi, serangan menyebabkan kebakaran hebat dan kerusakan sejumlah bangunan. Sementara di Lviv, tercatat puluhan rumah, universitas, gedung usaha kecil, serta kantor pemerintah mengalami kerusakan cukup parah. Di Kyiv, beberapa roket menghantam permukiman warga, menewaskan setidaknya empat orang dan melukai puluhan lainnya.

Serangan skala besar ini tidak hanya bersifat militer, tetapi juga memiliki dampak psikologis yang mendalam. Warga Ukraina, terutama di Kyiv, dilaporkan terpaksa mengungsi ke bunker dan stasiun metro setiap malam, dengan suasana yang digambarkan seperti “London Blitz” pada masa Perang Dunia II. Banyak warga mengalami trauma karena suara ledakan yang terus-menerus serta ancaman serangan udara yang tak kunjung reda.

Ukraina Minta Bantuan Pertahanan Udara

Peningkatan intensitas serangan Rusia ini mendorong Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, kembali menyerukan bantuan lebih banyak dari negara-negara Barat. Ia meminta percepatan pengiriman sistem pertahanan udara seperti Patriot dan amunisi interceptor. Saat ini, sistem pertahanan Ukraina dinilai mulai kewalahan menghalau serangan drone dan rudal dalam jumlah besar, yang secara terus-menerus menghujani wilayah negara tersebut.

Menurut laporan The Times, sekitar 728 hingga 741 drone telah digunakan Rusia dalam beberapa hari terakhir, menunjukkan bagaimana teknologi drone menjadi senjata strategis Moskow. Hal ini dianggap sebagai taktik Rusia untuk menguji kapasitas pertahanan udara Ukraina dan merusak infrastruktur vital seperti pembangkit listrik, jaringan air, dan transportasi publik.

Sejumlah pemimpin negara Barat, termasuk dari Amerika Serikat dan Uni Eropa, juga mulai menyuarakan keprihatinan mendalam atas eskalasi terbaru ini. Namun, hingga saat ini pengiriman sistem pertahanan udara masih berlangsung secara bertahap, yang dinilai terlalu lambat mengimbangi kecepatan serangan Rusia.

Dampak Serangan Bagi Rakyat Ukraina

Serangan besar-besaran Rusia menimbulkan dampak sosial dan psikologis yang serius. Warga mengalami kelelahan mental akibat harus mengungsi ke tempat perlindungan setiap malam, kehilangan jam tidur, dan hidup dalam ketakutan konstan. Anak-anak juga menjadi korban trauma jangka panjang akibat dentuman ledakan dan suasana mencekam.

Selain korban jiwa, serangan ini memperburuk kerusakan ekonomi Ukraina. Banyak usaha kecil dan menengah rusak atau terpaksa tutup sementara, mengakibatkan ribuan orang kehilangan mata pencaharian. Infrastruktur publik yang hancur juga menambah beban keuangan pemerintah Ukraina, yang kini harus membiayai perbaikan di tengah kondisi perang yang terus berlanjut.

Baca juga : OPEC Yakini Ekonomi China, Optimis Hubungan Energi Global

Serangan terbaru ini menjadi sinyal bahwa konflik Rusia-Ukraina masih jauh dari kata usai. Dengan intensitas serangan yang makin besar, Ukraina kini sangat berharap dukungan cepat dari dunia internasional untuk mempertahankan wilayah sekaligus melindungi warganya dari ancaman yang semakin brutal.