Rupiah Melemah Tunggu Gencatan Senjata AS-China

Agustus 12, 2025
Rupiah Melemah Tunggu Gencatan Senjata AS-China

Nilai tukar rupiah kembali tertekan di awal pekan ini. Berdasarkan data perdagangan Selasa pagi (12/8/2025), rupiah melemah tunggu perkembangan terbaru terkait kelanjutan gencatan senjata perdagangan antara Amerika Serikat dan China.

Rupiah dibuka melemah sekitar 0,35 persen ke level Rp 16.331 per dolar AS sebelum depresiasi menipis menjadi 0,12 persen pada pukul 09.03 WIB. Kondisi ini menjadikan rupiah sebagai mata uang terlemah kedua di Asia, hanya lebih baik dari peso Filipina yang terkoreksi 0,26 persen.

Pelemahan rupiah turut dipengaruhi sentimen pasar global yang menahan diri sebelum ada kejelasan dari negosiasi dagang AS–China. Pelaku pasar memilih bersikap hati-hati sambil menunggu kabar apakah masa gencatan senjata tarif akan diperpanjang atau berakhir.

Sentimen Pasar Menjelang Keputusan

Para analis menilai bahwa rupiah melemah tunggu keputusan terkait gencatan senjata tarif menjadi faktor utama pergerakan mata uang domestik. Ketidakpastian ini membuat investor cenderung mengalihkan asetnya ke instrumen yang dianggap lebih aman seperti dolar AS dan emas.

Selain rupiah, sejumlah mata uang Asia lainnya juga mengalami pelemahan. Yen Jepang, dolar Taiwan, hingga ringgit Malaysia tercatat bergerak negatif. Sentimen risk-off ini menjadi tren umum di kawasan menjelang batas waktu perundingan dagang antara dua raksasa ekonomi dunia tersebut.

Di sisi lain, data ekonomi domestik belum memberikan dorongan signifikan untuk menopang rupiah. Meskipun inflasi terkendali, minimnya katalis positif membuat rupiah masih rentan terhadap guncangan eksternal. Bank Indonesia diperkirakan tetap memantau kondisi ini dan siap melakukan intervensi jika diperlukan.

Jika perpanjangan gencatan senjata disepakati, pasar berpotensi merespons positif dan rupiah melemah tunggu saat ini bisa berbalik menguat. Sebaliknya, kegagalan mencapai kesepakatan berisiko memicu ketegangan baru dalam perdagangan global, yang dapat semakin menekan nilai tukar.

Baca juga : China Tegas, Fentanyl Adalah Masalah AS, Bukan Tanggung Jawab Beijing

Pelaku pasar juga akan memantau langkah bank sentral AS (The Fed) terkait kebijakan suku bunga. Potensi kenaikan atau penurunan bunga dapat memberi arah baru pada aliran modal ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

Bagi perekonomian domestik, stabilitas rupiah menjadi krusial untuk menjaga harga barang impor, biaya produksi, dan inflasi. Oleh karena itu, pemerintah dan otoritas moneter diharapkan terus bersinergi dalam menjaga kepercayaan pasar. Situasi rupiah melemah tunggu kabar gencatan senjata AS–China ini akan menjadi salah satu fokus utama pelaku pasar hingga adanya kejelasan resmi dari kedua negara.

Leave A Comment

Create your account