Manufaktur China Terkontraksi Selama Lima Bulan Berturut

Aktivitas industri kembali mengalami penurunan setelah manufaktur China terkontraksi untuk bulan kelima berturut-turut pada Agustus 2025. Purchasing Managers’ Index (PMI) resmi mencatat angka 49,4, sedikit naik dari bulan sebelumnya di level 49,3 namun masih di bawah batas ekspansi 50. Kondisi ini menunjukkan sektor manufaktur Negeri Tirai Bambu belum keluar dari tekanan meskipun ada upaya stimulus pemerintah.
Laporan resmi menegaskan pelemahan ini dipicu oleh lemahnya permintaan domestik dan eksternal. Sementara itu, sektor properti yang terus melemah ikut memengaruhi rantai pasok industri. Dengan tren manufaktur China terkontraksi, investor dan pelaku pasar semakin berhati-hati dalam menilai arah pertumbuhan ekonomi negara tersebut di tengah ketidakpastian global.
Faktor Penyebab dan Tantangan Ekonomi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan manufaktur China terkontraksi secara beruntun. Pertama, permintaan dalam negeri masih rendah, terutama dari sektor properti dan konstruksi yang sedang mengalami tekanan panjang. Kedua, permintaan ekspor juga melemah seiring masih adanya ketegangan dagang dengan Amerika Serikat serta perlambatan ekonomi di Eropa.
Selain itu, kenaikan biaya input dan gangguan logistik akibat bencana alam memperparah situasi. Sektor industri juga harus menghadapi tantangan perubahan regulasi lingkungan yang meningkatkan biaya produksi. Walaupun ada sedikit dukungan dari sektor jasa dan konstruksi, kondisi ini belum mampu menahan tren penurunan. Data ini semakin menguatkan analisis bahwa manufaktur China terkontraksi bukanlah fenomena sementara, melainkan tantangan struktural yang membutuhkan penanganan jangka panjang.
Baca juga : Dino Patti Usul Prabowo Batal ke China
Meski data resmi menunjukkan pelemahan, beberapa survei swasta memberikan sinyal awal pemulihan. Permintaan baru di sejumlah perusahaan mulai meningkat, meski masih terbatas pada sektor tertentu. Namun demikian, secara keseluruhan manufaktur China terkontraksi tetap menjadi perhatian utama pemerintah. Untuk itu, Beijing telah menyiapkan kebijakan fiskal berupa stimulus pajak serta dukungan kredit bagi industri kecil dan menengah.
Pemerintah juga mendorong diversifikasi ekspor dan memperluas pasar ke Asia Tenggara serta Afrika. Kebijakan ini diharapkan dapat membantu mengurangi ketergantungan pada pasar tradisional yang sedang melemah. Namun, keberhasilan pemulihan tetap bergantung pada stabilitas global dan kemampuan domestik dalam memperbaiki daya beli masyarakat. Selama faktor-faktor utama belum pulih, tren manufaktur China terkontraksi diperkirakan masih akan berlanjut dalam jangka pendek.