Krisis Kapasitas Industri Otomotif Global Kian Mengkhawatirkan

Dunia otomotif global tengah menghadapi tantangan besar yang bisa mengguncang fondasi industri. Salah satu peringatan terbaru datang dari Chairman Geely Holding, Li Shufu, yang menyebut adanya potensi krisis kapasitas industri otomotif akibat produksi berlebihan yang tak lagi seimbang dengan permintaan pasar.
Peringatan ini tidak muncul tanpa alasan. Geely, sebagai salah satu produsen otomotif terbesar asal Tiongkok, mengamati langsung bagaimana pertumbuhan kapasitas produksi yang masif di seluruh dunia, khususnya di sektor kendaraan listrik (EV), berpotensi menciptakan ketidakseimbangan serius.
Krisis kapasitas industri otomotif kian nyata ketika kapasitas produksi jauh melebihi permintaan pasar global.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak produsen otomotif berlomba-lomba memperluas kapasitas produksi. Alasannya sederhana: mereka tak ingin tertinggal dalam kompetisi penguasaan pasar global, khususnya di era peralihan ke kendaraan listrik.
Namun demikian, upaya agresif ini justru memunculkan fenomena overcapacity industri otomotif. Produsen kendaraan memproduksi jauh lebih banyak mobil daripada jumlah konsumen yang siap membelinya.
Geely melihat tren ini dengan kecemasan. South China Morning Post melaporkan bahwa pabrik kendaraan listrik di China saat ini hanya memanfaatkan sekitar 50 persen kapasitas produksinya. Dengan kata lain, para produsen hanya memanfaatkan setengah dari kapasitas produksi yang mereka bangun.
Perang Harga: Pemicu Utama dalam Krisis Kapasitas Industri Otomotif yang Kian Meluas
Selain overcapacity, perang harga antar produsen menambah tekanan besar. Banyak pabrikan, terutama di Tiongkok, menawarkan diskon masif demi mendorong penjualan.
Diskon yang awalnya berada di kisaran 8 persen per kendaraan, melonjak drastis hingga hampir 20 persen pada pertengahan 2025. Perang harga ini mungkin efektif jangka pendek dalam mendorong volume penjualan. Akan tetapi, dalam jangka panjang, strategi ini bisa memukul margin keuntungan perusahaan.
Karena itulah, Li Shufu menilai fenomena diskon agresif justru mempercepat keruntuhan keseimbangan industri. Tidak hanya di pasar domestik China, efeknya bahkan mulai menjalar ke pasar global.
Geely Memilih Menahan Diri: Strategi Bertahan di Tengah Krisis
Di saat banyak rivalnya terus menambah lini produksi, Geely mengambil langkah berbeda. Geely menunda pembangunan pabrik baru yang sudah mereka rencanakan sebelumnya.
Menurut Li Shufu, menambah kapasitas secara sembrono di tengah ketidakpastian permintaan sama saja memperbesar risiko kerugian di masa depan. Oleh sebab itu, Geely kini lebih fokus memaksimalkan fasilitas yang sudah ada, memperbaiki efisiensi produksi, serta memperdalam pengembangan teknologi kendaraan listrik yang lebih efisien.
Geely memilih langkah konservatif yang berbeda dari para kompetitornya. Namun, dalam situasi krisis kapasitas industri otomotif yang semakin nyata, pendekatan Geely bisa jadi lebih masuk akal.
Rival Geely Masih Gencar Ekspansi
Sementara Geely memilih menahan diri, beberapa pemain besar lainnya justru terus agresif menambah kapasitas produksi. Sebut saja BYD, Great Wall Motor, dan Chery, yang dalam dua tahun terakhir aktif membangun pabrik baru, baik di dalam maupun luar negeri.
Bahkan beberapa perusahaan China mulai menargetkan ekspansi ke Eropa, Asia Tenggara, dan Amerika Latin demi memperluas pangsa pasar. Akan tetapi, pertumbuhan agresif ini juga mengandung risiko jika permintaan global tidak mampu menyerap seluruh volume produksi yang ada.
Tekanan Global: Krisis Kapasitas Industri Otomotif Bukan Hanya Masalah China
Walaupun gejolak utama terlihat di Tiongkok, bukan berarti krisis kapasitas hanya menjadi masalah regional. Industri otomotif di Amerika, Eropa, bahkan Asia Tenggara mulai menghadapi dilema serupa. Banyak produsen membangun pabrik baru untuk memproduksi EV, sementara pasar global masih menyesuaikan diri dengan peningkatan produksi tersebut.
Seiring berjalannya waktu, apabila keseimbangan antara produksi dan konsumsi tidak segera tercapai, overcapacity industri otomotif bisa menciptakan gelembung ekonomi baru dalam sektor manufaktur kendaraan.
Pemerintah China Mulai Turun Tangan
Melihat situasi yang makin kompleks, pemerintah Tiongkok pun mulai mengambil langkah preventif. Beberapa regulator menyarankan agar produsen mobil menahan diri dalam ekspansi produksi, dan lebih memfokuskan sumber daya pada pengembangan teknologi serta peningkatan daya saing kualitas.
Pemerintah berharap produsen menghentikan perlombaan membangun pabrik dan mulai memprioritaskan inovasi serta keberlanjutan bisnis jangka panjang.
Bahaya Krisis Kapasitas: Efek Domino bagi Rantai Pasok
Apabila dibiarkan terus membesar, krisis kapasitas industri otomotif bisa menciptakan efek domino pada rantai pasok global. Mulai dari supplier suku cadang, perusahaan logistik, hingga jaringan dealer, semuanya berpotensi terkena dampaknya.
Supplier mungkin menghadapi ketidakpastian pesanan, sedangkan dealer kesulitan menjual stok kendaraan yang melimpah. Akhirnya, tidak hanya pabrikan yang mengalami tekanan finansial, tetapi seluruh ekosistem industri otomotif ikut terpukul.
Apa Strategi Ideal untuk Menghindari Krisis Kapasitas?
Menghadapi ancaman overcapacity industri otomotif, banyak analis menilai bahwa kunci kelangsungan bisnis ada pada:
- Penguatan riset teknologi: Mengembangkan produk baru yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
- Optimalisasi fasilitas produksi: Memaksimalkan output pabrik yang sudah ada daripada terus menambah kapasitas.
- Diversifikasi pasar: Masuk ke negara-negara berkembang secara selektif, bukan membangun pabrik secara serampangan.
- Aliansi strategis: Seperti yang dilakukan Geely dengan Volvo dan Daimler.
Dengan pendekatan semacam itu, perusahaan otomotif bisa lebih tangguh menghadapi volatilitas pasar global.
Sebagai penutup, peringatan yang disampaikan Geely seharusnya menjadi bahan renungan bagi seluruh industri otomotif dunia. Produksi yang berlebihan tanpa perhitungan permintaan pasar tidak akan menciptakan pertumbuhan yang sehat.
Alih-alih hanya berlomba menambah kapasitas, produsen otomotif diharapkan lebih bijak membaca arah pasar. Inovasi, efisiensi, dan kehati-hatian finansial menjadi kunci utama agar industri ini tetap stabil, kompetitif, dan berkelanjutan dalam menghadapi masa depan.