Kontroversi Foto Prabowo Dipotong di Media Jepang

September 5, 2025
Kontroversi Foto Prabowo Dipotong di Media Jepang

Isu Potret Prabowo dipotong menjadi perbincangan publik setelah media Jepang Yomiuri Shimbun menampilkan gambar parade militer di Beijing tanpa Presiden RI. Dalam foto resmi, Prabowo berdiri sejajar dengan Presiden Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Namun, hasil cetak Yomiuri hanya menampilkan tiga tokoh tersebut, sementara figur Prabowo dihilangkan dari frame.

Sebaliknya, koran China justru memuat foto utuh, memperlihatkan Prabowo berdiri di barisan bersama pemimpin besar dunia. Perbedaan ini memicu interpretasi beragam di media sosial, terutama di Indonesia. Publik menilai crop foto itu bukan sekadar soal teknis, tetapi refleksi framing politik yang disengaja. Fenomena foto Prabowo dipotong pun dianggap simbol bagaimana posisi Indonesia dibaca berbeda oleh negara-negara besar, antara sebagai mitra penting atau sekadar figur yang ingin dijauhkan dari narasi blok geopolitik tertentu.

Kronologi Perbedaan dan Respons Publik

Peristiwa ini terjadi saat parade militer besar di Beijing yang dihadiri sejumlah pemimpin dunia. Dalam dokumentasi resmi, Prabowo jelas berdiri di jajaran utama bersama Xi, Putin, dan Kim. Namun publik Jepang disuguhi gambar yang berbeda: Yomiuri Shimbun menayangkan foto foto Prabowo dipotong, hanya menyisakan tiga pemimpin.

Sontak, media sosial Indonesia ramai membahasnya. Unggahan akun Threads dan X memperlihatkan perbedaan antara cetak Jepang dan koran China. Di China, foto utuh menjadi headline, menegaskan posisi Prabowo sebagai tamu kehormatan. Di Jepang, sebaliknya, hilangnya Prabowo ditafsirkan sebagai sikap media yang ingin menghindarkan Indonesia dari citra “blok Timur” yang diwakili tiga pemimpin tadi. Fenomena ini memperlihatkan betapa kuat pengaruh framing media dalam membentuk persepsi publik.

Respon publik Indonesia terbagi dua. Sebagian merasa bangga melihat Prabowo ditampilkan sejajar oleh media China, menilai itu sebagai pengakuan atas posisi Indonesia di mata dunia. Sebagian lain menanggapi sinis, menyebut foto Prabowo dipotong oleh Jepang sebagai bukti bahwa Indonesia masih dianggap netral dan bukan bagian dari kubu yang berseberangan dengan Barat.

Pakar komunikasi politik menilai kasus foto Prabowo dipotong ini sebagai contoh nyata framing visual. Media China menekankan inklusi dengan menampilkan Indonesia sebagai mitra strategis. Hal ini sejalan dengan upaya Beijing memperkuat hubungan bilateral, khususnya di bidang investasi dan kerja sama pertahanan.

Baca juga : Potret Prabowo di China: Sejajar Xi, Putin, Kim

Sementara itu, media Jepang memilih framing eksklusif. Dengan menghapus Prabowo dari foto, Yomiuri Shimbun mengirim pesan simbolik bahwa Indonesia tidak identik dengan poros otoritarianisme yang direpresentasikan Xi, Putin, dan Kim. Langkah ini sekaligus menjaga persepsi pembaca domestik Jepang, yang lebih condong kepada aliansi dengan AS dan negara Barat.

Bagi Indonesia, perbedaan framing ini punya implikasi ganda. Di satu sisi, tampil di media China memperkuat citra Indonesia sebagai pemain penting. Di sisi lain, dipotong di media Jepang justru bisa dianggap positif, karena menunjukkan bahwa Indonesia masih menjaga identitas “bebas aktif” tanpa berpihak pada blok tertentu. Dengan demikian, isu foto Prabowo dipotong tak bisa hanya dilihat dari sudut pandang kebanggaan atau penghinaan, melainkan juga sebagai cerminan strategi geopolitik media.

Leave A Comment

Create your account