Hubungan Dagang UE-Cina Perlu Rebalancing, Kata Kamar Dagang

Juli 23, 2025
Hubungan Dagang UE-Cina Perlu Rebalancing, Kata Kamar Dagang

Presiden Kamar Dagang Uni Eropa di Tiongkok, Jens Eskelund, menyatakan bahwa relasi dagang antara Uni Eropa dan Tiongkok kini berada di titik genting dan memerlukan “rebalancing” atau penyeimbangan ulang. Hal ini disampaikan menjelang peringatan 50 tahun hubungan diplomatik antara kedua pihak dan di tengah persiapan KTT penting di Beijing pada akhir Juli 2025.

Eskelund menyoroti ketidakseimbangan yang terjadi dalam hubungan ekonomi bilateral. Ia menyebut bahwa meskipun perdagangan antara UE dan Tiongkok telah lama menjadi pendorong pertumbuhan bersama—dengan menciptakan lapangan kerja di Tiongkok dan menurunkan biaya produksi bagi konsumen Eropa—keuntungan itu kini tampak lebih besar dinikmati oleh pihak Tiongkok.

Menurutnya, banyak warga dan pelaku usaha di Eropa mulai mempertanyakan mengapa mereka harus terus membuka pasarnya sementara Tiongkok masih memberlakukan sejumlah hambatan. Eskelund menyampaikan kekhawatirannya bahwa bila tidak segera dilakukan rebalancing, hubungan dagang ini akan menimbulkan resistensi politik yang besar dari negara-negara anggota Uni Eropa.

Ketimpangan dalam Akses dan Imbal Balik Ekonomi

Salah satu poin utama yang disampaikan adalah bahwa produsen Eropa mulai merasakan dampak dari surplus perdagangan besar Tiongkok. Beberapa sektor manufaktur mengaku dirugikan karena masuknya produk murah dari Tiongkok, termasuk kendaraan listrik dan barang elektronik, yang sering didukung oleh subsidi pemerintah.

Selain itu, perusahaan Eropa menghadapi tantangan berat saat masuk ke pasar Tiongkok. Hambatan non-tarif seperti regulasi yang tidak transparan, kewajiban transfer teknologi, dan pembatasan kepemilikan asing masih menjadi kendala utama. Di sisi lain, perusahaan Tiongkok mendapatkan akses cukup bebas ke pasar Eropa.

Kondisi ini menciptakan persepsi bahwa kerja sama ekonomi yang selama ini dijalin sudah tidak lagi seimbang, dan jika tidak diubah, dapat memicu proteksionisme di tingkat nasional maupun regional.

KTT UE-Cina: Harapan dan Ketegangan

Pertemuan tingkat tinggi antara para pemimpin Uni Eropa dan Tiongkok yang dijadwalkan berlangsung di Beijing diperkirakan akan penuh ketegangan. Beberapa isu utama yang akan dibahas meliputi ekspor tanah jarang, tarif kendaraan listrik, serta dukungan Tiongkok terhadap Rusia dalam konflik Ukraina. UE mendesak agar Tiongkok membuka diri terhadap reformasi struktural demi menciptakan persaingan yang adil.

Namun, pemerintah Tiongkok menolak narasi bahwa hubungan ini timpang. Mereka menegaskan bahwa justru Uni Eropa perlu mengubah “cara pandangnya” dan tidak terjebak pada pendekatan yang terlalu strategis atau curiga terhadap niat Tiongkok.

Baca juga : China Ungkap Capaian Besar Rencana Lima Tahun ke-14

Tiongkok juga tengah melakukan pendekatan diplomatik yang lebih hangat terhadap Eropa di tengah memburuknya hubungan mereka dengan Amerika Serikat. Strategi ini disebut sebagai upaya “charm offensive” untuk mempertahankan mitra dagang kunci di tengah ketegangan global yang meningkat.

Uni Eropa sendiri tetap berkomitmen untuk menjaga kerja sama, namun menggarisbawahi bahwa perdagangan yang adil adalah fondasi dari hubungan jangka panjang. Prinsip “de-risking” menjadi pendekatan terbaru dari Brussel, yaitu mengurangi ketergantungan pada rantai pasok dan produk-produk Tiongkok tanpa harus memutus total hubungan dagang yang sudah terjalin selama puluhan tahun.

Leave A Comment

Create your account