Hotel Mewah China Jual Street Food Demi Bertahan di Pasar

Industri perhotelan mewah di China menghadapi tantangan besar akibat kondisi ekonomi china yang belum pulih sepenuhnya pascapandemi. Dalam situasi sulit ini, sejumlah hotel bintang lima di Tiongkok memilih langkah tak biasa: menjual street food di area sekitar hotel demi menarik pelanggan dan tetap bertahan di pasar. Fenomena ini menjadi sorotan dalam laporan terbaru South China Morning Post, mencerminkan bagaimana sektor hospitality berusaha berinovasi di tengah tekanan bisnis yang berat.
Hotel-hotel yang dulu identik dengan eksklusivitas kini terlihat turun ke jalan, membuka lapak makanan kaki lima. Mereka menjual berbagai sajian populer seperti jianbing (crepes khas China), dumpling, bakpao, hingga mie instan premium. Harga yang ditawarkan pun terjangkau, berkisar 10-20 yuan atau sekitar Rp20.000-40.000 per porsi.
Langkah unik ini bukan sekadar gimmick pemasaran. Banyak hotel mewah, terutama di wilayah wisata seperti Hainan dan kota besar seperti Beijing serta Shanghai, mengalami penurunan pendapatan per kamar (RevPAR) hingga dua digit persen. Penyebabnya kompleks: mulai dari turunnya minat wisatawan domestik yang kini lebih berhemat, hingga ketatnya persaingan dengan hotel kelas menengah yang semakin agresif menawarkan harga murah namun fasilitas tetap memadai.
Mengapa Hotel Mewah Jual Street Food
Menurut laporan SCMP, menjual street food menjadi salah satu strategi inovatif yang dinilai cukup efektif untuk mempertahankan brand engagement dan mendatangkan pemasukan tambahan. Selain biaya operasionalnya relatif kecil, bisnis street food memberi kesempatan hotel berinteraksi lebih dekat dengan warga lokal maupun wisatawan.
Hotel tidak hanya mengandalkan pelanggan yang menginap, tetapi juga mengundang masyarakat sekitar untuk mencoba kuliner hotel dengan harga kaki lima. Bahkan, beberapa hotel memanfaatkan nama besar chef mereka untuk menambah daya tarik dagangan. Chef ternama turun langsung melayani pembeli, menciptakan sensasi yang kemudian viral di platform media sosial seperti Douyin dan WeChat.
Selain itu, menghadirkan street food juga dianggap cara cerdas untuk membangun pengalaman unik bagi tamu hotel. Sejumlah hotel menggabungkan konsep ini dengan layanan premium, misalnya mengadakan live cooking show di area terbuka hotel, atau menyediakan paket kuliner yang bisa dinikmati sambil menikmati pemandangan rooftop kota besar.
Tanggapan Pelanggan dan Peluang ke Depan
Respons masyarakat terhadap inovasi ini cukup positif. Banyak warga merasa penasaran dan antusias bisa mencicipi masakan hotel mewah tanpa harus mengeluarkan biaya mahal. Mereka menyambut baik sajian yang tidak hanya enak tetapi juga lebih terjangkau dibandingkan harga restoran hotel biasanya.
Namun, beberapa pelaku industri memperingatkan bahwa hotel harus tetap menjaga keseimbangan citra. Jika terlalu sering menurunkan harga atau berjualan seperti pedagang kaki lima, citra mewah hotel bisa tergerus. Bagi hotel bintang lima, menjaga reputasi tetap menjadi aspek penting.
Meski begitu, analis pasar meyakini bahwa tren ini bisa menjadi salah satu jalan keluar sementara sambil menunggu pulihnya sektor pariwisata. Langkah hotel mewah turun ke jalan dinilai sebagai bentuk adaptasi cepat terhadap pasar, sekaligus menghindari kerugian lebih besar akibat rendahnya okupansi kamar.
Industri Perhotelan China dalam Transisi
Industri hotel di China kini tengah memasuki masa transisi. Tren konsumen yang lebih hati-hati belanja memaksa semua level bisnis, termasuk sektor mewah, untuk melakukan efisiensi sekaligus inovasi. Tak sedikit grup hotel internasional seperti Hyatt dan IHG yang kini juga gencar memperkuat brand di segmen mid-range untuk menjaga keberlangsungan bisnis mereka.
Baca juga : Li Qiang Tegaskan Ekonomi China Tahan Guncangan Global
Fenomena hotel mewah yang berjualan street food adalah bukti nyata bagaimana sektor hospitality bertransformasi. Ke depan, pengamat menilai model bisnis hybrid—menggabungkan konsep mewah dengan elemen lokal seperti street food—bisa menjadi strategi bertahan sekaligus mendongkrak loyalitas pelanggan.
Hotel-hotel di China kini menyadari bahwa untuk bertahan, mereka tidak hanya harus mewah, tetapi juga fleksibel dan inovatif. Menjual street food mungkin hanyalah salah satu dari banyak langkah adaptif lain yang akan muncul dari industri yang sedang berjuang menghadapi iklim bisnis penuh ketidakpastian.