Ekonomi Loyo China Dorong Kebutuhan Stimulus Baru

Agustus 15, 2025
Ekonomi Loyo China Dorong Kebutuhan Stimulus Baru

China menghadapi tantangan besar dengan kondisi ekonomi loyo China yang memukul kepercayaan pasar. Data terbaru menunjukkan perlambatan pada sektor industri dan ritel, dua pilar penting perekonomian negara tersebut. Produksi industri hanya tumbuh 5,7% pada Juli 2025, terendah dalam delapan bulan terakhir. Sementara penjualan ritel naik tipis 3,7%, angka ini menjadi yang terlemah sejak akhir 2024.

Situasi ini membuat banyak pengamat meyakini bahwa ekonomi loyo China memerlukan dorongan kebijakan baru. Dengan konsumsi domestik yang lemah, investasi yang stagnan, dan ekspor yang tertekan oleh ketegangan perdagangan global, pemerintah diprediksi akan memperkuat kebijakan stimulus untuk menghidupkan kembali momentum pertumbuhan.

Faktor Penyebab Perlambatan Ekonomi China

Perlambatan ekonomi loyo China tidak hanya disebabkan oleh faktor internal, tetapi juga eksternal. Lesunya sektor properti menjadi salah satu kontributor utama. Investasi pada sektor ini turun signifikan, memperlambat pertumbuhan investasi tetap yang hanya tercatat 1,6% dalam tujuh bulan pertama 2025.

Selain itu, konsumsi masyarakat masih tertahan. Meski pemerintah telah meluncurkan berbagai insentif dan stimulus, efeknya mulai memudar. Deflasi dan pelemahan harga produsen menekan margin keuntungan pelaku usaha. Ketidakpastian global, mulai dari perang dagang hingga risiko geopolitik, ikut memperburuk prospek ekonomi loyo China.

Tidak hanya itu, kondisi cuaca ekstrem dan kebijakan pembatasan tertentu di sektor energi juga menambah beban. Dampaknya, daya beli masyarakat menurun dan tingkat kepercayaan konsumen jatuh ke titik rendah, memperlambat arus perputaran ekonomi nasional.

Pemerintah dinilai perlu mengeluarkan stimulus baru agar ekonomi loyo China dapat kembali tumbuh stabil. Sejumlah analis merekomendasikan paket stimulus fiskal senilai 1 hingga 1,5 triliun yuan, difokuskan pada peningkatan konsumsi rumah tangga, dukungan untuk UMKM, dan insentif investasi di sektor teknologi.

Baca juga : Wang Wentao, Upaya Decoupling AS-China Akan Gagal

Langkah-langkah moneter juga dinilai penting, seperti pemangkasan suku bunga acuan dan injeksi likuiditas ke perbankan untuk memperlancar pembiayaan. Reformasi struktural di sektor properti dan industri strategis diharapkan mampu memulihkan kepercayaan pasar.

Jika stimulus tambahan tepat sasaran, ekonomi loyo China berpotensi kembali menuju target pertumbuhan GDP sekitar 5% tahun ini. Namun, tanpa langkah berani, perlambatan ini bisa berlanjut dan memberi dampak negatif bagi ekonomi global yang sangat bergantung pada kontribusi China sebagai motor perdagangan internasional.

Leave A Comment

Create your account