Cina Masih Dominan di Galangan Kapal Meski Ada Tekanan AS

Meski diterpa ancaman bea pelabuhan dari Amerika Serikat, industri galangan kapal Cina tetap mendominasi pasar global pada semester pertama 2025. Berdasarkan laporan Asosiasi Industri Galangan Kapal Cina, Tiongkok berhasil mempertahankan posisi teratas dalam volume pemesanan kapal baru secara global, meski terjadi sedikit penurunan dalam persentase pangsa pasarnya.
Cina mencatat total pemesanan baru sebesar 44,33 juta deadweight ton (DWT) dalam enam bulan pertama tahun ini, yang mencakup sekitar 68,3% dari total pesanan dunia. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan 74,7% pada periode yang sama tahun lalu, namun tetap jauh di atas pesaing seperti Korea Selatan dan Jepang.
Penurunan ini sebagian besar dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap rencana Amerika Serikat yang akan memberlakukan tarif pelabuhan hingga US$1,5 juta per kunjungan kapal buatan Cina. Kebijakan ini dijadwalkan mulai berlaku pada Oktober 2025 dan ditujukan untuk mengurangi ketergantungan Amerika terhadap armada laut buatan Tiongkok.
Ancaman Tarif AS dan Respons Pasar
Rencana tarif pelabuhan dari AS ini merupakan bagian dari langkah strategis untuk menghidupkan kembali industri galangan domestik Amerika, yang selama ini tertinggal jauh dari negara-negara Asia. Pemerintah AS berupaya menciptakan insentif bagi perusahaan-perusahaan pelayaran untuk memesan kapal dari galangan dalam negeri atau dari negara sekutu.
Namun, kebijakan ini justru menciptakan ketidakpastian di pasar global. Sejumlah pemilik kapal mulai menahan diri untuk memesan dari galangan Cina karena khawatir kapal-kapal tersebut akan dikenakan tarif mahal saat bersandar di pelabuhan Amerika. Akibatnya, pesanan untuk jenis kapal tanker dan LNG—yang sering digunakan dalam rute internasional termasuk ke AS—mengalami penurunan signifikan.
Meski demikian, pemesanan untuk jenis kapal lain seperti kapal kontainer dan kapal pesiar masih menunjukkan pertumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan produksi dan efisiensi biaya dari galangan Cina masih sangat diminati oleh pasar global, terutama untuk kapal-kapal yang tidak bergantung pada jalur pelabuhan Amerika.
Prospek dan Dinamika Global
Korea Selatan sebagai pesaing terdekat mengalami peningkatan pesanan, namun tetap berada di bawah capaian Tiongkok. Sementara itu, negara-negara seperti Vietnam dan Filipina mulai dilirik sebagai alternatif karena biaya tenaga kerja yang rendah, walau kapasitas dan pengalaman teknis mereka masih belum bisa menyaingi Tiongkok.
Analis industri menyebut bahwa dominasi Cina dalam industri galangan kapal bukan hanya hasil dari skala produksi besar, tetapi juga dari kebijakan industri yang konsisten, investasi teknologi, dan efisiensi logistik. Bahkan jika pangsa pasarnya menurun sementara, posisi struktural Tiongkok dalam rantai pasokan global tetap sulit digeser dalam waktu dekat.
Baca juga : Larangan Keluar China Ganggu Kepercayaan Dunia Usaha
Sementara itu, rencana AS untuk membangkitkan kembali galangan kapal domestik masih menghadapi tantangan besar, seperti kekurangan tenaga kerja terampil, keterbatasan infrastruktur, dan kebutuhan investasi besar. Walaupun langkah proteksionis dapat membuahkan hasil dalam jangka panjang, dalam jangka pendek, kebijakan ini justru berpotensi menaikkan ongkos logistik dan harga barang impor.