China Perluas Investigasi Kasus Timbal di TK Gansu

asus keracunan timbal yang mengejutkan publik terjadi di sebuah taman kanak-kanak swasta di Kota Tianshui, Provinsi Gansu, China. Pemerintah pusat China kini secara resmi ikut turun tangan memperluas investigasi setelah terungkap bahwa lebih dari 200 anak terpapar kadar timbal tinggi akibat konsumsi makanan tercemar di sekolah tersebut. Insiden ini menimbulkan kecaman luas dari masyarakat, menyoroti lemahnya pengawasan keamanan pangan di lembaga pendidikan.
Keracunan timbal ini pertama kali terungkap setelah sejumlah anak mengalami keluhan kesehatan, termasuk sakit perut, kehilangan nafsu makan, dan kelelahan yang tidak wajar. Kekhawatiran orang tua mendorong dilakukannya pemeriksaan kesehatan mendalam, yang kemudian menunjukkan bahwa puluhan anak memiliki kadar timbal dalam darah jauh di atas ambang batas normal.
Hasil penyelidikan awal mengungkap praktik berbahaya yang mengejutkan. Beberapa staf sekolah diduga mencampurkan cat berwarna mengandung timbal ke dalam bahan makanan, seperti kue berwarna-warni dan sosis jagung, untuk mempercantik tampilan makanan yang disajikan kepada anak-anak. Pemeriksaan laboratorium mendapati kandungan timbal dalam makanan tersebut mencapai ribuan miligram per kilogram, padahal ambang batas yang diperbolehkan di China hanya 0,5 mg/kg.
Pemerintah Pusat Turun Tangan
Melihat besarnya dampak kasus ini, pemerintah pusat China langsung mengirimkan tim investigasi gabungan untuk membantu pihak berwenang Provinsi Gansu. Tim ini melibatkan pejabat dari kementerian lingkungan hidup, kementerian kesehatan, serta lembaga keamanan pangan nasional. Langkah ini menunjukkan keseriusan pemerintah untuk mengungkap fakta dan memastikan penegakan hukum yang tegas.
Delapan orang, termasuk kepala sekolah, staf dapur, serta pemasok bahan makanan, telah ditahan polisi untuk menjalani proses hukum. Mereka dituduh dengan pasal membuat dan menyebarkan makanan beracun yang membahayakan kesehatan publik. Pejabat lokal juga sedang diperiksa atas kemungkinan kelalaian pengawasan yang memungkinkan kejadian ini terjadi.
Pemerintah pusat menegaskan bahwa investigasi ini tidak hanya fokus pada TK Heshi Peixin di Tianshui, tetapi juga akan mencakup lembaga pendidikan lain di wilayah sekitar untuk mencegah kasus serupa. Langkah ini diambil agar keamanan pangan anak-anak lebih terjamin, terutama di sekolah dan lembaga pendidikan anak usia dini.
Dampak Kesehatan dan Kekhawatiran Masyarakat
Kasus ini menimbulkan trauma mendalam bagi para orang tua. Paparan timbal, bahkan dalam jumlah kecil, dikenal sangat berbahaya bagi anak-anak karena dapat mengganggu perkembangan otak, menurunkan kecerdasan, serta memicu masalah perilaku. Para ahli kesehatan memperingatkan bahwa efek paparan timbal bisa bersifat permanen, meskipun pengobatan dilakukan setelah gejala muncul.
Hingga saat ini, lebih dari 230 anak dinyatakan memiliki kadar timbal abnormal dalam darah. Sebagian besar dari mereka dirawat di rumah sakit untuk pemantauan intensif. Pemerintah setempat berjanji akan menanggung seluruh biaya pengobatan serta tes lanjutan bagi para korban.
Baca juga : Hotel Mewah China Jual Street Food Demi Bertahan di Pasar
Masyarakat China secara luas menuntut agar pemerintah memperketat pengawasan terhadap kualitas bahan pangan yang digunakan di sekolah. Banyak orang tua merasa dikhianati oleh institusi pendidikan yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi anak-anak mereka. Beberapa organisasi sosial juga menyerukan transparansi penuh dari pemerintah dalam menangani kasus ini agar kepercayaan publik tidak semakin merosot.
Harapan Adanya Perbaikan Sistem Pengawasan
Pemerintah pusat menegaskan komitmennya untuk memperbaiki sistem pengawasan keamanan pangan, terutama di lembaga pendidikan anak. Ke depan, pemerintah berencana mengintensifkan inspeksi rutin, sertifikasi bahan makanan, serta meningkatkan sanksi bagi pihak yang terbukti lalai atau sengaja mencemari makanan anak-anak.
Kasus di Gansu menjadi pengingat keras bahwa masalah keamanan pangan bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga menyangkut masa depan generasi muda. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat diharapkan bekerja sama memastikan kejadian seperti ini tidak terulang.