China Kecam Pedoman Pertahanan Luar Angkasa Jepang
 
                       
            Pemerintah China mengeluarkan pernyataan keras menanggapi pedoman pertahanan luar angkasa terbaru yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Jepang. Dalam pandangan Beijing, langkah Tokyo tersebut dapat memicu ketegangan baru di kawasan dan mengancam stabilitas global, khususnya dalam konteks militerisasi ruang angkasa.
Dokumen yang diluncurkan Jepang pada akhir Juli 2025 menyatakan bahwa penguatan sistem pertahanan luar angkasa diperlukan sebagai bentuk kewaspadaan terhadap ancaman yang berasal dari aktivitas militer luar angkasa negara-negara seperti China dan Rusia. Pedoman tersebut menyoroti peningkatan kemampuan satelit militer, termasuk sistem penghancur satelit, yang disebut dapat mengganggu keamanan nasional Jepang.
Jepang Sebut Ancaman Nyata, China Menuding Dalih Militerisasi
Kementerian Pertahanan Jepang menegaskan bahwa dokumen tersebut bukan langkah ofensif, melainkan respons terhadap perkembangan teknologi yang memungkinkan penghancuran satelit melalui berbagai metode, termasuk serangan laser, senjata energi terarah, dan kendaraan antariksa penyerang. Menurut Tokyo, penguatan strategi luar angkasa adalah bagian integral dari pertahanan modern dan sistem komando negara.
Namun, China melihat langkah tersebut sebagai upaya memperluas pengaruh militer di luar batas atmosfer. Dalam konferensi pers yang digelar beberapa hari setelah rilis dokumen, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menuduh Jepang dan sekutunya menggunakan dalih pertahanan untuk melegitimasi ekspansi kekuatan militer ke ranah antariksa.
Menurut Lin Jian, tindakan Jepang menciptakan ilusi “ancaman dari China” sebagai justifikasi atas peningkatan anggaran militer dan kerja sama luar angkasa dengan Amerika Serikat. “Langkah ini akan merusak prinsip penggunaan damai ruang angkasa dan membawa konsekuensi jangka panjang bagi perdamaian internasional,” ujarnya.
Para analis militer menilai bahwa ketegangan antara China dan Jepang dalam konteks luar angkasa dapat berdampak besar bagi stabilitas Asia Timur. Jepang yang kini meningkatkan integrasi pertahanannya dengan AS, melalui pengembangan sistem pelacakan satelit dan satelit militer baru, berpotensi mendorong perlombaan militer di orbit rendah Bumi.
Baca juga : Tesla dan Raksasa Otomotif Global Perluas Peran di Rantai Pasok Pintar China
China, yang juga sedang mengembangkan jaringan satelit canggih dan stasiun luar angkasa mandiri, merasa terpojok oleh berbagai aliansi regional yang digalang Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Beijing memperingatkan bahwa jika pedoman seperti ini terus diterapkan tanpa dialog internasional, maka risiko konflik berbasis antariksa tidak bisa dihindarkan.
Isu ini juga mendapat perhatian dari badan internasional yang mengawasi kerja sama antariksa global. Beberapa pihak menyerukan pembentukan kerangka kerja baru yang mengatur batas-batas penggunaan teknologi militer di luar angkasa, agar tidak menjadi arena konfrontasi baru antarnegara adidaya.
