China Dorong Proyek Trans-Himalaya untuk Rebut Nepal

Juli 24, 2025
China Dorong Proyek Trans-Himalaya untuk Rebut Nepal

China mempercepat realisasi proyek Trans-Himalaya sebagai bagian dari strategi memperluas pengaruhnya di Asia Selatan, terutama dalam menjalin kemitraan yang lebih erat dengan Nepal. Langkah ini dianggap sebagai upaya untuk menyaingi dominasi tradisional India di kawasan Himalaya, yang selama ini menjadi wilayah pengaruh utamanya.

Chen Xiaodong, Kepala Badan Kerja Sama Pembangunan Internasional China, melakukan kunjungan ke Nepal pada akhir Juli 2025. Dalam pertemuan bilateral dengan pejabat tinggi Nepal, ia menegaskan komitmen Beijing untuk mempercepat pelaksanaan jaringan konektivitas Trans-Himalaya yang mencakup sektor transportasi, energi, pertanian, pendidikan, hingga layanan kesehatan. China menyebut proyek ini sebagai bagian dari Belt and Road Initiative (BRI) yang sudah lama digaungkan oleh Presiden Xi Jinping.

Kunjungan tersebut juga disambut dengan kesepakatan kerja sama teknis baru serta janji percepatan pembangunan proyek infrastruktur lintas batas, termasuk kemungkinan pembangunan jalur kereta api dari Tibet ke Kathmandu. Proyek ini dipandang sebagai simbol dari ambisi besar China untuk membuka akses langsung ke Nepal dan memperkuat konektivitas lintas Himalaya, sekaligus memecah ketergantungan Nepal terhadap akses dari India.

Kompetisi Strategis dengan India Semakin Meningkat

Nepal selama ini dikenal sebagai negara penyangga antara dua raksasa Asia: China dan India. Secara geografis dan budaya, Nepal memiliki kedekatan historis dengan India. Namun dalam satu dekade terakhir, hubungan Nepal-India mengalami pasang surut, terutama akibat blokade perdagangan pada 2015 yang memicu kemarahan publik Nepal dan mendorong pemerintahnya mencari alternatif diplomatik.

China melihat celah ini sebagai peluang emas untuk mempererat kerja sama dengan Nepal. Melalui proyek Trans-Himalaya yang melibatkan pembangunan jalan raya, jembatan perbatasan, dan rel kereta api, Beijing mencoba menyajikan diri sebagai mitra pembangunan yang lebih stabil dan efisien. Proyek ambisius seperti Jalur Kereta China-Nepal sejauh 170 km, walaupun masih dalam tahap studi kelayakan, sudah menimbulkan kekhawatiran strategis dari pihak India.

India memandang proyek ini bukan hanya sebagai pengaruh ekonomi semata, tetapi juga sebagai pergeseran geopolitik yang mengancam keseimbangan kawasan. Dengan meningkatnya infrastruktur China di sekitar wilayah sensitif perbatasan, termasuk yang berdekatan dengan Sikkim dan Arunachal Pradesh, ketegangan potensial bisa meningkat apabila tidak dikelola secara diplomatis.

Baca juga : Xi Jinping dan Albanese Bahas Reset Diplomatik China-Australia

Di sisi lain, proyek Trans-Himalaya juga mengundang debat di dalam Nepal sendiri. Sebagian kalangan melihat proyek ini sebagai jalan keluar dari keterisolasian dan keterbatasan infrastruktur domestik. Namun, ada pula kekhawatiran bahwa kerja sama semacam ini bisa menjebak Nepal dalam ketergantungan utang kepada Beijing—seperti yang terjadi pada beberapa negara peserta BRI lainnya.

Selain risiko finansial, tantangan geografis Himalaya seperti aktivitas seismik, kondisi cuaca ekstrem, dan kawasan konservasi lingkungan, menjadi perhatian besar dalam pelaksanaan proyek ini. Apalagi, studi sebelumnya menunjukkan bahwa jalur potensial kereta api melintasi medan ekstrem dan memerlukan investasi sangat besar, dengan biaya proyek diperkirakan mencapai lebih dari USD 3 miliar.

Leave A Comment

Create your account