China dan Vietnam Gelar Latihan Militer Bersama Pertama

China dan Vietnam resmi menggelar latihan militer bersama pertama mereka pada tahun 2025, menandai era baru dalam kerja sama pertahanan kedua negara. Latihan ini berlangsung di wilayah Teluk Tonkin, tepat di garis perbatasan antara provinsi Guangxi (China) dan Quang Ninh (Vietnam). Ini adalah momen bersejarah mengingat hubungan kedua negara yang kerap mengalami ketegangan, terutama dalam sengketa Laut China Selatan.
Program latihan tersebut merupakan bagian dari “border defense friendship exchange”, sebuah kegiatan yang mencakup simulasi patroli, pencarian dan penyelamatan (SAR), serta operasi medis gabungan. Meski China dan Vietnam telah rutin melakukan patroli bersama selama lebih dari satu dekade, latihan tahun ini adalah pertama kalinya mereka melibatkan militer darat secara resmi.
Momentum latihan ini juga bertepatan dengan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara kedua negara. Pemerintah China menyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkuat kepercayaan bilateral, memperdalam komunikasi strategis, dan menunjukkan kesamaan kepentingan dalam menjaga stabilitas kawasan.
Menariknya, latihan gabungan ini dilaksanakan tak lama setelah kunjungan Presiden China, Xi Jinping, ke Hanoi beberapa bulan sebelumnya. Dalam kunjungan itu, kedua pihak menandatangani sejumlah nota kesepahaman, termasuk kerja sama di bidang pertahanan, ekonomi, dan teknologi. Latihan militer China Vietnam ini pun dipandang sebagai langkah nyata dalam merealisasikan komitmen tersebut.
Latihan Non-Tradisional di Tengah Ketegangan Regional
Meski disebut sebagai latihan militer, kegiatan ini lebih fokus pada aspek non-tradisional. Tidak ada uji coba senjata berat atau latihan tempur ofensif. Sebaliknya, China dan Vietnam lebih menekankan pada koordinasi logistik, respons bencana, dan penyelamatan bersama—hal yang dinilai tidak melanggar prinsip netralitas Vietnam yang terkenal ketat terhadap aliansi militer.
Analis menyebut latihan ini sebagai bentuk diplomasi pertahanan, sebuah pendekatan baru yang bertujuan membangun rasa saling percaya tanpa memicu kekhawatiran negara tetangga. Di tengah memanasnya persaingan antara China dan Amerika Serikat, latihan militer China Vietnam menjadi simbol bahwa kedua negara tetangga tetap mampu menjalin hubungan konstruktif.
Vietnam sendiri selama ini dikenal menerapkan kebijakan “Three No’s”: tidak bergabung dengan aliansi militer, tidak menjadi tuan rumah pangkalan militer asing, dan tidak bergabung dalam kegiatan militer dengan kekuatan besar. Namun, kerja sama dengan China ini dilakukan secara terbuka dan dalam konteks bilateral, tanpa tekanan eksternal.
Baca juga : Wang Wentao, Upaya Decoupling AS-China Akan Gagal
Para pengamat juga menyoroti bahwa latihan gabungan ini kemungkinan besar merupakan sinyal ke negara-negara Asia Tenggara lainnya bahwa kerja sama regional tetap bisa dibangun meskipun ada perbedaan pandangan geopolitik. Latihan militer China Vietnam menjadi contoh bagaimana stabilitas kawasan bisa dijaga melalui komunikasi terbuka dan agenda bersama.
Dengan semakin eratnya hubungan ini, bukan tidak mungkin ke depannya latihan serupa akan diperluas cakupannya, melibatkan lebih banyak negara tetangga atau memperluas skenario latihan. China dan Vietnam saat ini berada di titik yang cukup unik—di satu sisi tetap bersaing dalam isu perbatasan laut, namun di sisi lain berupaya menjalin kemitraan yang saling menguntungkan.