BI Catat Transaksi LCT Jepang China Capai US$12 Miliar

Bank Indonesia (BI) melaporkan capaian besar dalam transaksi LCT Jepang China, dengan total nilai mencapai sekitar US$12 miliar. Rinciannya, transaksi dengan Jepang tercatat sebesar US$5 miliar, sedangkan transaksi dengan China mencapai US$7 miliar. Informasi ini disampaikan langsung oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat bersama DPR RI.
Penerapan transaksi LCT Jepang China merupakan strategi Indonesia dalam mendorong dedolarisasi dan memperkuat perdagangan berbasis mata uang lokal. Skema ini memudahkan pelaku usaha dalam melakukan pembayaran lintas negara tanpa harus melalui dolar Amerika sebagai perantara. Dengan begitu, biaya transaksi bisa ditekan dan risiko nilai tukar dapat diminimalisir.
Langkah ini sekaligus memperlihatkan keseriusan pemerintah dan BI dalam memperluas kerja sama ekonomi regional, sekaligus memperkuat posisi Indonesia di tengah dinamika global yang penuh tantangan.
Manfaat Skema LCT bagi Indonesia
Implementasi transaksi LCT Jepang China membawa berbagai manfaat strategis. Pertama, skema ini memberikan efisiensi bagi dunia usaha, terutama eksportir dan importir. Dengan menggunakan mata uang lokal, proses konversi ganda bisa dihindari, sehingga transaksi menjadi lebih cepat dan murah.
Kedua, dari sisi stabilitas ekonomi, LCT membantu memperkuat cadangan devisa Indonesia. Ketergantungan terhadap dolar berkurang, sehingga gejolak nilai tukar global dapat lebih terkendali. Selain itu, kerja sama ini juga membuka peluang perluasan perdagangan ke sektor-sektor baru, termasuk industri digital dan pariwisata.
BI juga mengintegrasikan sistem pembayaran digital lintas negara, seperti QRIS, yang membuat transaksi LCT Jepang China lebih mudah diakses oleh masyarakat umum. Hal ini memperlihatkan bahwa inisiatif dedolarisasi bukan hanya kebijakan makro, tetapi juga menyentuh aktivitas ekonomi sehari-hari.
Ke depan, transaksi LCT Jepang China diprediksi akan terus meningkat seiring dengan semakin eratnya hubungan ekonomi Indonesia dengan kedua negara tersebut. Jepang dan China adalah mitra dagang strategis Indonesia, sehingga pemanfaatan mata uang lokal akan semakin relevan.
Baca juga : QRIS di China Arab Mulai Siap Digunakan
BI juga berencana memperluas implementasi LCT ke negara mitra lain, seperti Korea Selatan, Arab Saudi, hingga kawasan ASEAN. Langkah ini diharapkan mampu memperkuat konektivitas sistem pembayaran regional serta mendukung stabilitas keuangan Asia.
Dengan semakin kuatnya penerapan LCT, Indonesia tidak hanya mengurangi dominasi dolar, tetapi juga mendorong transformasi digital di sektor keuangan. Dedolarisasi melalui transaksi LCT Jepang China adalah langkah penting menuju kemandirian ekonomi nasional dan memperkuat daya saing global.