AS–Inggris lakukan transit selat taiwan, China geram

September 13, 2025
AS–Inggris lakukan transit selat taiwan, China geram

Transit selat taiwan oleh dua kapal perang Amerika Serikat dan Inggris kembali memicu tensi politik di Asia Timur. Angkatan Laut AS menyebut pelayaran dilakukan di koridor perairan internasional sesuai kebebasan navigasi, sementara London menyatakan kehadiran mereka bersifat rutin dan transparan. Beijing mengecam langkah tersebut sebagai provokasi, mengklaim unsur laut-udara PLA melakukan pelacakan hingga peringatan radio selama transit.

Bagi Taipei, momen ini menjadi pengingat bahwa jalur strategis di antara Pasifik Barat tetap menjadi arena uji posisi hukum dan sinyal politik. Pakar menilai, tanpa eskalasi nyata di lapangan, pesan utama Washington dan London adalah konsistensi pada prinsip hukum laut, sekaligus menunjukkan interoperabilitas armada. Di sisi lain, pengamat memperingatkan risiko salah hitung jika komunikasi taktis di laut dan udara tidak dijaga ketat, terutama pada jam padat pelayaran komersial. Di balik sorotan geopolitik, pelayaran sekaligus menguji kesiapan prosedur keselamatan maritim sipil, dari rute alternatif hingga mitigasi tabrakan, yang sering luput dari perhatian publik. Berkelanjutan.

Kronologi pelayaran dan posisi hukum

Komando Indo-Pasifik AS menyatakan dua kapal bergerak di jalur yang lazim dipakai pelayaran internasional, dengan prosedur pengawasan dan pemberitahuan navigasi standar. Militer China merilis pernyataan bahwa unsur mereka mengawasi ketat dan mengeluarkan peringatan, menilai langkah sekutu sebagai upaya menggoyang stabilitas. Secara hukum, banyak analis menempatkan selat ini sebagai perairan internasional di luar laut teritorial, sehingga lewat damai diperbolehkan. Di lapangan, disiplin komunikasi menjadi kunci: kanal radio internasional, pengaturan kecepatan, serta jarak aman antarkapal mencegah insiden.

Selain aspek legal, tujuan strategisnya adalah penegasan komitmen aliansi dan jaminan jalur logistik kawasan. Di titik ini, transit selat taiwan dipandang sebagai sinyal bahwa sekutu tetap hadir tanpa niat konfrontatif, namun siap menjaga kebebasan navigasi. Dalam praktiknya, perbedaan istilah ‘innocent passage’ dan ‘transit passage’ kerap diperdebatkan, tetapi keduanya mensyaratkan pelayaran yang tidak mengancam keamanan negara pantai. Skema pemisahan lalu lintas (TSS), publikasi rute di buletin navigasi, dan pertukaran sinyal AIS menurunkan risiko salah tafsir. Observasi pelaut komersial menyebut jarak aman dijaga, manuver dilakukan bertahap, dan kapal niaga tidak diusik. Rangkaian prosedur ini mempertegas bahwa operasi kebebasan navigasi bisa berjalan berdampingan dengan ruang dialog, sehingga eskalasi tidak perlu terjadi dan keselamatan maritim sipil tetap terlindungi. Koordinasi dengan otoritas pelabuhan setempat dijaga sepanjang lintasan demi kelancaran perdagangan.

Baca juga : DIMOO Dinobatkan Sebagai Sahabat Khusus Emas Thailand–Tiongkok

Beijing mengecam keras dan menyebut pelayaran itu mengirimkan sinyal keliru pada kekuatan pro-kemerdekaan. Media pemerintah menyoroti kesiapan PLA, dari pesawat patroli hingga kapal perusak, untuk mengusir pihak yang dianggap mengganggu. Amerika Serikat dan Inggris menekankan transparansi rute, publikasi foto atau video dek, serta pernyataan bahwa transit serupa telah dilakukan berkali-kali tanpa insiden. Taipei mengonfirmasi pemantauan situasional dan meminta semua pihak menahan diri.

Dampak langsung pada pasar terbatas, tetapi volatilitas bisa meningkat jika terjadi manuver berbahaya atau jarak dekat. Bagi pelayaran komersial, prioritasnya adalah prediktabilitas: NOTAM, peringatan navigasi yang jelas, dan koordinasi dengan otoritas maritim regional. Dalam jangka menengah, transit selat taiwan berfungsi sebagai barometer dinamika kekuatan: seberapa sering sekutu berlayar, seberapa tegas reaksi Beijing, dan seberapa efektif mekanisme de-eskalasi mencegah salah tafsir di laut. Selain itu, sekutu kawasan seperti Jepang dan Australia memantau ketat dinamika ini karena berimbas pada rute energi dan rantai pasok. Sejumlah pelabuhan meninjau ulang prosedur darurat bila terjadi penutupan sementara, sementara perusahaan asuransi memantau premi risiko. Analis menilai komunikasi publik yang berimbang—tanpa retorika berlebihan—dapat menekan sentimen nasionalistik yang mudah memanas. Dialog jalur 1,5 dan confidence-building measures, seperti pemberitahuan latihan tembak serta penggunaan zona keselamatan, dipandang krusial mencegah insiden dan menjaga ruang diplomasi terbuka.

Leave A Comment

Create your account