Ambisi Kapal Induk China Bikin AS Kian Merasa Terancam

Desember 26, 2025
Ambisi Kapal Induk China Bikin AS Kian Merasa Terancam

Ambisi Kapal Induk China kembali disorot setelah laporan Amerika Serikat menilai modernisasi militer Beijing kian cepat. Di sektor maritim, China disebut memperkuat proyeksi kekuatan, dari kapal besar hingga sistem dukungan tempur. Penilaian itu muncul saat Indo-Pasifik sensitif, dengan patroli yang makin intens di sejumlah perairan strategis. Analis menyebut fokus utama laporan adalah kemampuan tempur jarak jauh yang terus berkembang tiap tahun.

Dalam dokumen yang dirujuk sejumlah media, Washington menyoroti target armada kapal induk, bersamaan dengan pengembangan pesawat tempur generasi baru. Laporan itu menyebut dua prototipe jet generasi keenam sudah diuji pada tahap awal, meski masih jauh dari status operasional. Isu ini memicu diskusi karena menyentuh keseimbangan kekuatan di Asia.

Bagi publik, Ambisi Kapal Induk China tidak hanya soal jumlah platform, tetapi juga kemampuan logistik, doktrin, dan jaringan pangkalan. AS menilai perubahan itu memengaruhi perencanaan pertahanan, terutama perlindungan jalur pelayaran dan postur sekutu. Beijing menekankan modernisasinya defensif dan bertujuan menjaga kedaulatan.

Target Sembilan Kapal Induk dan Jet Generasi Keenam

Pada sisi maritim, laporan itu menempatkan Ambisi Kapal Induk China sebagai indikator utama perubahan postur militer. Disebutkan kapal induk ketiga, Fujian, telah menjalani uji laut dan menjadi lompatan karena membawa sistem peluncur yang modern. Washington menilai kemampuan ini dapat memperluas jangkauan operasi, terutama bila didukung kapal pengawal, pesawat, dan jaringan pengisian ulang logistik. Sejumlah analis menilai pengoperasian penuh membutuhkan jam terbang intensif dan integrasi komando yang rapi secara bertahap.

Pentagon juga menyorot proyeksi jangka panjang yang menyebut target enam kapal induk pada 2035, sehingga total armada bisa mencapai sembilan unit. Namun, angka tersebut dipandang bergantung pada kesiapan awak, ketersediaan pesawat sayap tetap, serta kemampuan pemeliharaan di galangan. Di saat yang sama, AS dan sekutu memperkuat latihan bersama dan memodernisasi sistem anti-kapal untuk menjaga daya tangkal. Patroli gabungan digelar, memantau rute pelayaran dan titik latihan utama.

Di udara, laporan menyebut dua uji terbang awal prototipe pesawat tempur generasi keenam dilakukan pada 2024 oleh dua entitas berbeda. Program ini digambarkan masih tahap awal, dengan perkiraan operasional sekitar pertengahan dekade 2030-an jika berjalan mulus. Kombinasi pembaruan udara dan laut membuat Ambisi Kapal Induk China dipandang terkait langsung dengan kemampuan serangan jarak jauh dan kontrol area. AS menilai lompatan ini mengubah kalkulasi regional signifikan.

Selain kapal induk dan pesawat, laporan Pentagon menyoroti modernisasi nuklir China yang terus berjalan meski laju pertumbuhan disebut melambat pada 2024. Stok hulu ledak dinilai berada di kisaran ratusan, namun proyeksi tetap menembus seribu pada 2030 jika tren berlanjut. AS juga mengamati pembangunan infrastruktur peringatan dini satelit dan radar, yang dapat memperkuat kemampuan respons cepat ketika terjadi krisis. Dokumen itu menekankan pentingnya kontrol krisis agar sinyal peringatan tidak disalahartikan di lapangan cepat.

Baca juga : Laporan Rahasia Pentagon Prediksi AS Kalah dari China

Di darat, perhatian tertuju pada ladang silo ICBM baru yang disebut makin siap dipakai. Pengamatan intelijen AS menyebut indikasi pengisian pada banyak silo, sehingga meningkatkan ketidakpastian bagi perencana pertahanan. Pada saat yang sama, latihan gabungan dan penguatan sistem pertahanan rudal tetap dilakukan untuk menjaga kesiapsiagaan dalam beberapa skenario darurat. Negara-negara kawasan memantau situasi karena efeknya dapat merembet ke stabilitas ekonomi dan jalur perdagangan, sementara pelaku pasar mewaspadai lonjakan biaya asuransi dan logistik global.

Dalam konteks ini, Ambisi Kapal Induk China dilihat sebagai bagian dari paket kemampuan yang saling melengkapi, dari laut, udara, hingga nuklir. Sejumlah analis menilai peningkatan kemampuan tidak selalu berarti niat menyerang, tetapi dapat memperbesar risiko salah hitung bila komunikasi memburuk. Karena itu, kanal dialog dan transparansi militer dianggap penting agar kompetisi tidak berubah menjadi eskalasi.

Leave A Comment

Create your account