Abbot Shaolin Shi Yongxin Diselidiki Dugaan Korupsi Dana

Kabar mengejutkan datang dari China setelah tokoh agama ternama, Abbot Shi Yongxin, resmi diselidiki atas dugaan penyalahgunaan dana dan pelanggaran moral. Sosok yang selama ini dikenal sebagai pemimpin spiritual Kuil Shaolin, kini harus menghadapi penyelidikan mendalam dari otoritas Tiongkok setelah berbagai laporan menyebutkan keterlibatannya dalam tindakan yang tidak mencerminkan nilai-nilai Buddhis.
Shi Yongxin, 59 tahun, telah lama menjadi wajah dari Shaolin Temple — sebuah kuil bersejarah yang mendunia berkat seni bela diri kungfu dan ajaran spiritual Buddha. Namun, reputasinya sebagai “CEO Monk” mulai dipertanyakan ketika muncul tudingan bahwa ia telah menggunakan dana kuil untuk kepentingan pribadi dan menjalin hubungan dengan beberapa wanita, yang diduga menghasilkan anak di luar nikah.
Otoritas pemerintah, bersama asosiasi Buddhis nasional, kini tengah menelusuri laporan yang menyebutkan bahwa Shi telah melakukan praktik embezzlement, menggunakan dana pembangunan proyek dan aset kuil demi kepentingan yang tidak sesuai. Tindakan tersebut dianggap sebagai pelanggaran berat terhadap integritas seorang biksu, terlebih lagi karena Shaolin Temple bukan hanya pusat keagamaan, tapi juga simbol budaya nasional.
Tuduhan Embezzlement dan Pelanggaran Moral
Shi Yongxin dikenal luas bukan hanya sebagai pemuka agama, tapi juga manajer ulung. Ia memodernisasi kuil dengan membentuk berbagai unit bisnis — mulai dari pertunjukan seni bela diri hingga penjualan produk spiritual berlabel “Shaolin”. Transformasi itu memang membawa keuntungan finansial besar, namun kini menjadi dasar kecurigaan atas pengelolaan dana.
Penyelidikan awal menyebutkan adanya kemungkinan penyalahgunaan anggaran kuil untuk gaya hidup pribadi. Bahkan beberapa laporan menyatakan Shi memiliki properti mewah yang tidak sebanding dengan status hidup sederhana seorang biksu. Tak hanya itu, kabar mengenai hubungan intim dengan sejumlah perempuan, termasuk tudingan memiliki anak dari hubungan tersebut, menambah panjang daftar pelanggaran yang sedang ditelaah pihak berwenang.
Sebagai respons atas skandal ini, otoritas Buddhis nasional telah mencabut sertifikat keagamaan Shi Yongxin, menyatakan bahwa perbuatannya telah mencoreng nama baik komunitas Buddhis dan mengganggu kepercayaan umat. Penyelidikan lanjutan masih terus berlangsung untuk memastikan apakah tindakannya dapat dikategorikan sebagai tindak pidana atau hanya pelanggaran etika.
Dampak Luas bagi Kuil Shaolin dan Umat Buddhis
Kasus ini telah mengguncang komunitas Buddhis di dalam maupun luar negeri. Shaolin Temple selama ini menjadi pusat spiritual sekaligus ikon global, dengan ribuan pengunjung dan praktisi kungfu datang setiap tahun. Reputasi kuil sebagai tempat suci kini terancam rusak akibat ulah pemimpinnya sendiri.
Beberapa kalangan menilai bahwa skandal ini membuka ruang bagi evaluasi mendalam terhadap tata kelola kuil dan pengawasan terhadap para pemuka agama. Publik berharap agar proses hukum berjalan transparan dan tidak mengabaikan prinsip keadilan, baik terhadap Shi Yongxin maupun institusi tempatnya bernaung.
Sementara itu, pemerintah China menyatakan komitmen untuk terus menindak kasus-kasus pelanggaran moral dan keuangan dalam institusi keagamaan, demi menjaga nilai-nilai luhur yang telah diwariskan selama berabad-abad. Kasus Shi Yongxin kini menjadi simbol penting perlunya reformasi moral dalam dunia spiritual yang semakin terdampak modernisasi.