Kapal Induk Fujian menuntaskan latihan lepas landas dan pendaratan jet tempur di dek, menandai fase baru kesiapan operasi armada Tiongkok. Manuver dilakukan untuk menguji alur penerbangan, koordinasi dek, dan kesiapan kru dalam skenario cuaca berbeda. Hasil awal menunjukkan prosedur peluncuran dan penangkapan pesawat berjalan bertahap sesuai standar keselamatan.

Dalam latihan ini, awak dek mensimulasikan rotasi sortie dengan dukungan logistik, komunikasi, dan perawatan cepat. Teknologi ketapel elektromagnetik dipakai untuk melontarkan pesawat yang lebih berat sekaligus memperpendek jarak take-off. Integrasi sensor, radar, dan sistem kendali dipantau guna memastikan stabilitas operasi ketika volume penerbangan meningkat. Pengujian berlapis memberi gambaran kesiapan tempur tanpa mengorbankan aspek keselamatan penerbangan.

Kesiapan Sayap Udara dan Prosedur Dek

Latihan memfokuskan sinkronisasi antarpos, mulai dari pengisian bahan bakar, persenjataan dummy, hingga inspeksi pra-terbang. Komandan udara dek memimpin taktik pendaratan berulang agar pilot memahami jarak pandang, sudut pendekatan, dan disiplin throttle. Dalam uji ini, Kapal Induk Fujian juga menilai keandalan perangkat penahan dan perangkat penuntun optik, sekaligus mengalibrasi kru dalam skenario darurat seperti wave-off atau bolter. Evaluasi paska-misi memperbaiki detail kecil yang krusial, dari tata letak chock hingga kecepatan pergerakan tractor.

Untuk menjaga ritme sorti, bagian pemeliharaan menjalankan turnaround inspection dengan daftar cek yang ketat. Tim keselamatan menguji respons kebakaran dek dan evakuasi personel, sementara bagian logistik memastikan rantai suku cadang tidak terputus. Ke depan, Kapal Induk Fujian akan menambah variasi misi—airborne early warning, anti-ship, dan air defense—agar taktik gabungan antarpesawat kian matang. Seluruh catatan ini menjadi dasar penyusunan manual operasi final dan paket pelatihan pilot angkatan berikutnya.

Baca juga : Kapal Induk Fujian Resmi Dinas Aktif China

Kemajuan fase uji mengirim sinyal kesiapan proyeksi kekuatan laut, sekaligus mendorong tetangga memperbarui doktrin maritim dan kerja sama keamanan. Bagi industri pertahanan, program ini memicu rantai inovasi—dari mesin, avionik, hingga sistem komunikasi—yang umumnya menetes ke sektor sipil. Pemerhati menyebut keberhasilan uji akan mempercepat pembentukan task force kapal induk yang mampu beroperasi lebih lama dan lebih jauh dari pangkalan darat.

Namun, efektivitas tempur tetap bergantung pada kualitas pelatihan, interoperabilitas antarkapal, dan manajemen perawatan jangka panjang. Bagi kawasan, Kapal Induk Fujian menjadi parameter baru dalam menghitung keseimbangan kekuatan sekaligus urgensi dialog keamanan untuk mencegah salah hitung. Transparansi jadwal latihan dan pengaturan jalur pelayaran akan membantu mengurangi salah persepsi di laut ramai. Pada akhirnya, roadmap uji berikutnya—termasuk operasi malam dan cuaca buruk—menjadi kunci menuju status siaga penuh tanpa menurunkan standar keselamatan penerbangan dek.