Kapal Induk Fujian Resmi Dinas Aktif China
Kapal Induk Fujian resmi masuk dinas aktif setelah prosesi penugasan di Sanya, Hainan, yang dihadiri pimpinan negara. Kapal ini melengkapi armada carrier China bersama Liaoning dan Shandong, menandai lompatan teknologi peluncuran pesawat, tempo operasi, dan fleksibilitas misi. Integrasi kru, penerbang, serta tim dek akan menjadi fokus bulan-bulan awal agar pola tempur terbentuk dan keselamatan operasi memenuhi standar armada.
Pada tataran kebijakan, Beijing menempatkan Fujian sebagai instrumen proyeksi kekuatan laut jarak jauh. Penugasan perdana diperkirakan berupa pelayaran latihan gabungan untuk menyatukan prosedur katapel, pendaratan tertangkap, dan manajemen armada pengiring. Dengan kepemimpinan pusat yang menekankan kesiapan tempur, tahap awal juga dipakai untuk menguji keandalan logistik dan sortie rate sebelum kapal dilepas ke operasi kawasan yang lebih menuntut.
Teknologi EMALS, Sayap Udara, dan Kapasitas
Elektrifikasi katapel menjadi pembeda utama: EMALS memampukan peluncuran pesawat lebih efisien dibanding ski-jump. Di dek, J-15T berperan sebagai tulang punggung awal, sambil mematangkan integrasi J-35 dan KJ-600 untuk peringatan dini berbasis kapal induk. Dalam kerangka kesiapan, Kapal Induk Fujian menuntut sinkronisasi teknis antara kru dek, teknisi arresting gear, dan pengendali lalu lintas udara agar tempo operasi tetap stabil sepanjang gelombang penerbangan.
Kapasitas tonase yang besar memberi ruang bahan bakar dan amunisi lebih, namun sebagai kapal bertenaga konvensional, ketergantungan pada pengisian ulang tetap menjadi batas alamiah. Karena itu, kelompok tempur perlu tanker pendamping, kapal logistik, dan perlindungan berlapis terhadap ancaman rudal jelajah. Dengan kombinasi pelatihan intensif dan evaluasi pasca-mendarat, Kapal Induk Fujian diharapkan mencapai sortie generation rate yang kompetitif di kawasan.
Baca juga : Transit Kapal Induk Fujian Picu Sorotan di Selat Taiwan
Masuknya carrier ketiga memperluas opsi patroli “far seas” dan pengawalan rute niaga, seraya meningkatkan bobot latihan bersama armada permukaan dan kapal selam. Di titik ini, Kapal Induk Fujian menghadirkan efek psikologis dan operasional: kemampuan meluncurkan pesawat berbobot lebih berat memperpanjang jangkauan pengintaian dan daya pukul. Namun tantangan nyata adalah jam terbang awak, interoperabilitas dengan kapal pengiring, serta pengelolaan rantai pasok di laut terbuka.
Bagi kawasan, kehadiran carrier modern mendorong negara tetangga menajamkan taktik anti-akses, peningkatan sensor maritim, dan kolaborasi intelijen. Uji tempur yang realistis—mulai latihan malam, deck cycle rapat, hingga simulasi kerusakan—akan menentukan kualitas kesiapan satuan tugas. Dengan demikian, Kapal Induk Fujian bukan hanya penambahan kuantitas, tetapi ujian kualitas doktrin, logistik, dan disiplin operasi yang akan membentuk keseimbangan maritim Asia Timur beberapa tahun ke depan.