Fenomena Involution China: Racun Kompetisi yang Menggerus
Istilah Fenomena Involution China kini semakin populer untuk menggambarkan kompetisi berlebihan yang tidak sehat di berbagai aspek kehidupan di Negeri Tirai Bambu. Involution—atau neijuan dalam bahasa Mandarin—adalah kondisi ketika masyarakat bekerja lebih keras, berkompetisi lebih ketat, namun hasil yang dicapai stagnan atau bahkan menurun. Dalam konteks pendidikan, ekonomi, hingga pemerintahan, kompetisi semacam ini menciptakan tekanan luar biasa yang perlahan dianggap sebagai racun sosial.
Generasi muda China merasakan langsung dampaknya. Tuntutan sekolah dan dunia kerja yang kian ketat membuat banyak anak muda memilih sikap pasif seperti “lying flat” (tangping), yaitu menolak ikut dalam perlombaan yang dianggap tidak berujung. Tekanan psikologis meningkat, keseimbangan hidup terganggu, dan produktivitas justru tidak selalu meningkat. Fenomena ini memperlihatkan bahwa Fenomena Involution China bukan hanya soal persaingan, tetapi juga krisis kelelahan kolektif.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Dampak Fenomena Involution China tidak hanya dirasakan individu, melainkan juga perusahaan dan pemerintah daerah. Di tingkat korporasi, kompetisi yang berlebihan memicu perang harga, produksi berlebihan, dan tekanan terhadap karyawan untuk bekerja lebih lama tanpa peningkatan kualitas. Alih-alih mendorong inovasi, persaingan seperti ini justru membuat banyak perusahaan hanya berfokus pada kuantitas dan strategi jangka pendek. Akibatnya, daya saing global bisa tergerus karena sumber daya tidak digunakan secara efisien.
Di sisi sosial, masyarakat menghadapi tekanan psikologis yang tinggi. Jam kerja panjang, ekspektasi tidak realistis, dan persaingan yang terus meningkat mendorong angka burnout. Tidak sedikit anak muda yang kehilangan motivasi karena merasa apa pun yang mereka lakukan tidak cukup. Di ranah keluarga, situasi ini turut memengaruhi kualitas hidup, mulai dari rendahnya angka pernikahan hingga menurunnya tingkat kelahiran. Pada akhirnya, Fenomena Involution China berpotensi memengaruhi struktur demografi dan keberlanjutan pembangunan ekonomi jangka panjang.
Baca juga : Sensasi Bar Kafe Penjara yang Sedang Viral di Tiongkok
Pemerintah China mulai menyadari bahaya Fenomena Involution China. Sejumlah kebijakan disusun untuk mengurangi tekanan kompetisi, seperti pengaturan jam kerja, pembatasan tugas sekolah, hingga pengawasan terhadap praktik bisnis yang tidak sehat. Di tingkat daerah, koordinasi juga diperketat agar pemerintah lokal tidak lagi saling bersaing dengan cara-cara yang merugikan. Kebijakan ini ditujukan untuk menyeimbangkan antara kebutuhan pertumbuhan ekonomi dengan kesejahteraan rakyat.
Namun, tantangan ke depan masih besar. Mengubah budaya kompetisi yang sudah mengakar bukan perkara mudah. Masyarakat membutuhkan perubahan pola pikir bahwa keberhasilan tidak hanya diukur dari kerja keras tanpa henti, tetapi juga dari keseimbangan hidup. Sementara itu, perusahaan perlu diarahkan agar menekankan inovasi dan produktivitas berkelanjutan, bukan sekadar angka produksi. Jika langkah-langkah ini dijalankan konsisten, Fenomena Involution China bisa dikendalikan sehingga China tetap mampu menjaga daya saing sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya.