Thailand Pakai Mesin Tiongkok yang Belum Teruji

September 2, 2025
Thailand Pakai Mesin Tiongkok yang Belum Teruji 2

Thailand resmi melanjutkan proyek kapal selam S26T senilai Rp69 triliun, meski menggunakan mesin Tiongkok yang belum teruji. Keputusan ini diambil setelah rencana awal menggunakan mesin diesel Jerman gagal akibat embargo ekspor Uni Eropa. Pemerintah Thailand bersama Royal Thai Navy menyetujui penggunaan mesin CHD620 buatan Tiongkok sebagai alternatif agar proyek kapal selam tidak kembali tertunda.

Kapal selam S26T sendiri merupakan bagian dari strategi Thailand memperkuat armada maritim di kawasan. Meski demikian, penggunaan mesin Tiongkok yang belum teruji memunculkan keraguan, baik dari kalangan oposisi dalam negeri maupun pengamat militer internasional. Mereka menilai keputusan ini penuh risiko, terutama jika performa mesin tidak sesuai ekspektasi ketika kapal mulai dioperasikan di perairan strategis.

Dampak Strategis dan Diplomasi Thailand

Kesepakatan untuk memakai mesin Tiongkok yang belum teruji dianggap sebagai langkah kompromi Thailand agar hubungan bilateral dengan Beijing tetap terjaga. Sebagai imbalannya, Tiongkok memberikan tambahan garansi hingga delapan tahun serta dukungan penuh berupa pelatihan awak, peralatan, hingga simulator kapal selam. Fasilitas ini diharapkan dapat menutupi kekhawatiran publik akan kinerja mesin.

Dari sisi geopolitik, keputusan ini menegaskan semakin besarnya pengaruh Tiongkok di kawasan Asia Tenggara. Thailand, yang semula lebih condong ke Barat, kini terlihat semakin dekat dengan Beijing untuk kebutuhan militer. Hal ini dinilai sebagai perubahan strategis yang dapat memengaruhi keseimbangan kekuatan regional, terutama di tengah rivalitas Amerika Serikat dan Tiongkok yang semakin intens. Meski demikian, pemerintah Thailand memastikan proyek ini penting demi menjaga kedaulatan maritim mereka.

Baca juga : Saham Asia Melemah Akibat Kekhawatiran Tarif Global

Penggunaan mesin Tiongkok yang belum teruji tentu membawa risiko besar, mulai dari potensi masalah teknis hingga dampak diplomatik jika mesin gagal berfungsi optimal. Royal Thai Navy mengklaim mesin tersebut telah diuji lebih dari 6.000 jam dan memenuhi standar kinerja. Namun, uji coba di lapangan nyata akan menjadi ujian sesungguhnya bagi keandalan teknologi Tiongkok ini.

Tantangan lain adalah persepsi publik dalam negeri yang masih skeptis. Kritik tajam muncul karena proyek bernilai fantastis itu dinilai terlalu berisiko bila hanya mengandalkan mesin yang belum terbukti. Meski demikian, pemerintah berpendapat bahwa penundaan lebih lanjut justru akan menambah kerugian. Oleh karena itu, keputusan tetap melanjutkan proyek dengan mesin Tiongkok yang belum teruji dipandang sebagai jalan tengah untuk menjaga stabilitas pembangunan militer dan kepentingan strategis Thailand di kawasan.

Leave A Comment

Create your account