Digital Humans Ramaikan E-Commerce Livestream di China

Tren digital humans e-commerce China tengah menjadi sorotan di industri perdagangan daring. Negara dengan pasar e-commerce terbesar di dunia ini kini mulai mengandalkan manusia virtual—alias avatar digital—untuk menjadi host utama dalam sesi livestreaming. Inovasi ini tidak hanya menarik jutaan penonton, tetapi juga mendongkrak angka transaksi ke level yang mencengangkan.
Salah satu contoh sukses terbaru adalah penggunaan avatar digital dari Luo Yonghao, pendiri Smartisan Technology dan figur publik terkenal di China. Dalam satu sesi livestream berdurasi enam jam, avatar digital Luo bersama co-host animasi berhasil menarik 13 juta penonton dan menghasilkan transaksi lebih dari 55 juta yuan atau sekitar Rp121 miliar. Semua ini dilakukan tanpa kehadiran manusia asli di depan kamera.
Penggunaan digital humans e-commerce China dinilai sangat efisien. Biaya operasionalnya jauh lebih rendah ketimbang host manusia. Mereka tidak perlu istirahat, tidak menuntut kompensasi tambahan, dan bisa beroperasi 24 jam nonstop. Selain itu, mereka bebas dari risiko personal seperti skandal atau pelanggaran etika yang kerap melibatkan figur publik manusia.
Teknologi dan Potensi Ekonomi
Keberhasilan ini tidak lepas dari kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI), termasuk pemrosesan bahasa alami dan antarmuka multimodal. Teknologi ini memungkinkan avatar digital memiliki gerakan, ekspresi wajah, serta gaya berbicara yang sangat menyerupai manusia. Perusahaan teknologi di China berlomba-lomba menciptakan avatar dengan kecerdasan tingkat tinggi yang bisa menanggapi pertanyaan penonton secara interaktif.
Menurut laporan iMedia Research, pasar manusia digital di China diprediksi mencapai lebih dari 270 miliar yuan pada 2030. Tak heran jika raksasa teknologi seperti Tencent, Alibaba, dan JD.com sudah lebih dulu memanfaatkan tren ini. JD.com bahkan sukses menjual produk senilai lebih dari 50 juta yuan dalam satu sesi live dengan menggunakan avatar CEO mereka.
Fenomena ini juga dianggap sebagai solusi jitu untuk mengatasi kenaikan biaya produksi konten dan promosi. Perusahaan dapat menggunakan satu avatar digital untuk banyak sesi siaran tanpa harus membayar biaya tambahan untuk logistik, akomodasi, atau bayaran bintang tamu. Hal ini membuat digital human sangat ideal untuk bisnis berskala kecil hingga menengah yang ingin bersaing di pasar e-commerce.
Meski menjanjikan efisiensi tinggi, penggunaan digital humans e-commerce China tetap menghadirkan sejumlah tantangan. Salah satu yang paling dikhawatirkan adalah bagaimana masyarakat menyikapi kehadiran manusia digital yang semakin menyerupai manusia sungguhan. Ada kekhawatiran soal batas antara interaksi otentik dan komunikasi artifisial, serta potensi penyalahgunaan data dan manipulasi informasi.
Baca juga : China Serukan Persaingan Sehat Layanan Antar Makanan Digital
Selain itu, tantangan teknis seperti kesulitan memahami konteks budaya atau bahasa daerah masih menjadi pekerjaan rumah bagi pengembang AI. Walau avatar bisa bicara seperti manusia, belum tentu mereka mampu merespons secara tepat dalam situasi sosial yang kompleks.
Namun begitu, pemerintah China justru mendukung perkembangan ini sebagai bagian dari transformasi digital nasional. Mereka menganggap digital human sebagai bagian penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif dan memperluas akses teknologi ke seluruh lapisan masyarakat.