Fosil Pterosaurus China Ubah Pandangan Diet Prasejarah

Sebuah penemuan penting di provinsi Liaoning, China, membuka babak baru dalam studi evolusi makhluk prasejarah. Para ilmuwan dari Institute of Vertebrate Paleontology and Paleoanthropology (IVPP) menemukan fosil pterosaurus yang nyaris utuh dari spesies Sinopterus atavismus, lengkap dengan isi perutnya yang masih terjaga. Yang mengejutkan, isi perut tersebut tidak mengandung sisa ikan seperti yang umum ditemukan pada fosil sejenis, melainkan mengandung phytoliths—partikel mikroskopik yang berasal dari tumbuhan.
Temuan ini memberikan bukti kuat bahwa beberapa jenis pterosaurus di masa lampau mungkin adalah herbivora, bukan karnivora sebagaimana anggapan umum selama ini. Phytoliths hanya terbentuk di jaringan tanaman dan tidak bisa hadir begitu saja dalam tubuh hewan kecuali melalui konsumsi langsung. Bersamaan dengan temuan batu gastrolit—kerikil kecil yang digunakan oleh hewan untuk membantu pencernaan—peneliti menyimpulkan bahwa Sinopterus memiliki pola makan berbasis tumbuhan.
Fosil pterosaurus China ini berasal dari Formasi Jiufotang yang terkenal dengan simpanan paleontologi dari periode Kapur Awal, sekitar 120 juta tahun yang lalu. Fosil tersebut ditemukan dalam kondisi luar biasa: tidak hanya hampir lengkap secara anatomi, tetapi juga menunjukkan keberadaan lebih dari 300 fragmen phytoliths terkonsentrasi di rongga perut. Ini menjadi temuan pertama yang berhasil membuktikan bahwa kelompok pterosaurus tertentu beradaptasi sebagai pemakan tumbuhan.
Menurut laporan yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature Communications, bentuk paruh dari Sinopterus—panjang, runcing, dan tanpa gigi—cukup mirip dengan burung pemakan buah zaman modern. Hal ini memperkuat hipotesis bahwa spesies tersebut lebih memilih makanan dari tanaman seperti buah, daun lunak, atau bahkan nektar, dibandingkan ikan atau serangga.
Paradigma Baru dalam Paleontologi Prasejarah
Sebelum ini, banyak ilmuwan berpegang pada anggapan bahwa pterosaurus merupakan predator udara atau pemangsa ikan. Ciri-ciri anatomi seperti sayap besar, cakar tajam, dan paruh memanjang mendukung teori tersebut. Namun, fosil pterosaurus China ini mengubah paradigma lama. Temuan ini memberikan gambaran bahwa kelompok pterosaurus ternyata lebih beragam dari yang diperkirakan, baik dari segi bentuk tubuh maupun pola makan.
Bahkan dalam lingkup evolusi, keberadaan pterosaurus herbivora menjadi petunjuk penting mengenai pembagian ekologi dan adaptasi yang terjadi selama era dinosaurus. Kehadiran herbivora udara membuka kemungkinan bahwa ekosistem purba jauh lebih kompleks, dengan kompetisi antarspesies dan mekanisme adaptasi yang bervariasi.
Baca juga : China dan Vietnam Gelar Latihan Militer Bersama Pertama
Peneliti juga mencatat bahwa lingkungan di sekitar Formasi Jiufotang pada masa itu sangat kaya akan flora, termasuk tanaman berbunga awal. Ketersediaan sumber makanan dari tumbuhan mungkin memicu diversifikasi pola makan di antara pterosaurus. Hal ini menjadikan penemuan fosil pterosaurus China bukan hanya sebagai catatan biologi semata, tetapi juga sebagai jendela untuk memahami struktur dan dinamika ekosistem masa lampau.
Temuan ini akan memicu lebih banyak studi lanjutan, khususnya mengenai bagaimana perbedaan geografis dan lingkungan berkontribusi pada evolusi makhluk prasejarah. Dengan bukti empiris yang kini tersedia, komunitas paleontologi kini dihadapkan pada tugas baru untuk meninjau ulang klasifikasi dan asumsi diet pterosaurus di seluruh dunia.