Xi Jinping dan Albanese Bahas Reset Diplomatik China-Australia

BEIJING – Presiden China Xi Jinping menerima kunjungan resmi Perdana Menteri Australia Anthony Albanese di Balai Agung Rakyat, Beijing, pada Rabu (16/7). Pertemuan bilateral ini menjadi momen penting dalam pemulihan hubungan diplomatik kedua negara setelah bertahun-tahun diwarnai ketegangan, terutama terkait isu perdagangan, keamanan kawasan, dan kebijakan luar negeri masing-masing.
Dalam sambutan resminya, Xi Jinping memuji langkah dan “inisiatif pribadi” Albanese dalam mengembalikan komunikasi yang konstruktif antara Beijing dan Canberra. Menurut Xi, hubungan yang stabil dan saling menghormati sangat penting untuk menjaga keamanan dan kemakmuran di kawasan Asia-Pasifik. Ia juga menekankan bahwa China memandang Australia sebagai mitra penting di antara negara-negara Barat.
Albanese, dalam pernyataannya, menyambut baik kesempatan tersebut untuk membuka lembaran baru. Ia menyatakan bahwa Australia siap bekerja sama dalam berbagai bidang strategis seperti perdagangan, pendidikan, dan lingkungan hidup. Pertemuan ini menandai kunjungan kedua Albanese ke China sebagai kepala pemerintahan, dan menjadi simbol kuat bahwa kedua negara tengah memasuki fase diplomasi yang lebih pragmatis dan terbuka.
Perdagangan dan Investasi Jadi Fokus Utama
Topik utama dalam dialog tersebut adalah pemulihan kerja sama ekonomi. Sejak 2020, hubungan dagang China-Australia terganggu akibat saling tuding soal pandemi dan isu HAM di Xinjiang serta Hong Kong. Dampaknya terasa pada sektor ekspor Australia, termasuk anggur, lobster, dan batu bara, yang dikenakan tarif tinggi oleh pihak China.
Namun dalam pertemuan ini, kedua pemimpin sepakat untuk menormalkan kembali alur perdagangan. Albanese menyoroti pentingnya keterbukaan pasar dan akses yang adil bagi pelaku usaha dari kedua negara. Xi Jinping menyambut ajakan tersebut dan menyatakan bahwa China siap menyambut lebih banyak investasi dari Australia.
Sebagai bentuk konkret, delegasi bisnis Australia yang menyertai Albanese juga mengadakan pertemuan dengan investor dan pejabat ekonomi China. Fokus utama mencakup sektor energi hijau, teknologi pertanian, dan pendidikan tinggi. Keduanya berharap kerja sama ini dapat menghidupkan kembali sektor ekspor dan membuka lapangan kerja di kedua negara.
Stabilitas Kawasan dan Isu Sensitif Tetap Diperhatikan
Meski nuansa diplomasi berlangsung hangat, Albanese tidak menghindar dari isu-isu sensitif. Ia menyampaikan kekhawatiran Australia atas latihan militer China yang dilakukan di dekat wilayah perairan Pasifik Selatan. Selain itu, nasib warga negara Australia yang masih ditahan di China juga turut dibahas secara tertutup.
Sebagai respons, Xi Jinping menegaskan bahwa semua tindakan militer China dilakukan berdasarkan hukum internasional dan tidak dimaksudkan untuk mengancam negara lain. Namun ia terbuka terhadap masukan Australia terkait transparansi dan komunikasi militer di kawasan.
Baca juga : Kunjungan Albanese ke China, AUKUS dan Taiwan Jadi Sorotan
Albanese juga menegaskan kembali posisi Australia terhadap kebijakan satu-China, namun meminta agar status quo di Selat Taiwan tetap dijaga demi mencegah ketegangan militer yang tidak perlu. Hal ini mencerminkan upaya Australia untuk memainkan peran penyeimbang di tengah rivalitas antara China dan sekutu-sekutu Barat, termasuk Amerika Serikat.