Trump Larang Investor China Beli Lahan Pertanian di AS

Pemerintahan mantan Presiden Donald Trump kembali menjadi sorotan setelah mengumumkan langkah tegas untuk melarang investor yang terhubung dengan China membeli lahan pertanian di Amerika Serikat. Kebijakan ini muncul sebagai respons atas kekhawatiran yang terus berkembang mengenai keamanan nasional, terutama terkait pengaruh asing terhadap sektor strategis, seperti ketahanan pangan dan infrastruktur kritikal.
Langkah ini dinilai sebagai salah satu kebijakan paling agresif dalam upaya menghalau campur tangan asing di sektor pertanian AS. Data Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) menunjukkan, investor asing saat ini menguasai lebih dari 40 juta acre lahan di Amerika, meskipun hanya sekitar 265.000 hingga 300.000 acre yang tercatat dimiliki oleh entitas terkait China. Kendati persentasenya relatif kecil, banyak pihak meyakini kepemilikan tanah di lokasi strategis berpotensi menimbulkan risiko spionase atau memengaruhi pasokan pangan nasional.
Kekhawatiran Spionase dan Infrastruktur Strategis
Kementerian Pertanian AS menjelaskan bahwa larangan ini mencakup pembelian lahan baru oleh investor yang memiliki hubungan dengan pemerintah China atau negara lain yang dikategorikan sebagai “adversarial nations.” Selain itu, kebijakan ini dapat membuka kemungkinan pemerintah mengambil alih lahan pertanian yang sudah dimiliki oleh pihak terkait China, khususnya jika berada di dekat pangkalan militer, instalasi energi, atau fasilitas penting lainnya.
Trump dan para pendukung kebijakannya berulang kali menegaskan bahwa keamanan nasional tidak boleh dikompromikan, terlebih di sektor pangan yang menjadi tulang punggung stabilitas negara. Mereka menilai, selain melindungi pasokan pangan domestik, kebijakan ini sekaligus mengurangi potensi kebocoran data strategis melalui pengelolaan lahan yang dekat dengan fasilitas vital.
Respon China dan Kekhawatiran Ekonomi Lokal
Pihak pemerintah China mengecam kebijakan ini sebagai langkah provokatif yang dinilai diskriminatif dan hanya memperkeruh hubungan bilateral kedua negara. Beijing menilai kepemilikan lahan China di AS terlalu kecil untuk dianggap sebagai ancaman serius. Namun, para analis geopolitik berpendapat bahwa isu ini tidak semata soal luasan tanah, melainkan lebih kepada lokasi lahan yang dekat dengan area sensitif yang bisa digunakan untuk pengumpulan informasi.
Di sisi lain, sejumlah petani lokal mengungkapkan kekhawatiran bahwa kebijakan ini justru dapat berdampak pada stabilitas ekonomi di daerah pedesaan. Investor asing selama ini menjadi salah satu sumber pendanaan penting untuk sektor agrikultur, termasuk dalam pembangunan infrastruktur, teknologi, dan pembelian hasil panen. Larangan terhadap investor China dikhawatirkan mempersempit akses pasar bagi sebagian petani dan membuat harga lahan jatuh.
Baca Juga : China Tolak Ancaman Tarif Trump ke Negara BRICS, Sebut Tak Bermanfaat
Meski demikian, pemerintahan Trump dan para pendukung kebijakan ini meyakini langkah tersebut akan memperkuat posisi Amerika dalam menghadapi persaingan geopolitik yang kian memanas. Mereka menilai ketahanan pangan harus dijaga dari pengaruh asing yang berpotensi membahayakan keamanan nasional, sekalipun itu harus menimbulkan ketegangan diplomatik.
Kesimpulannya, larangan pembelian lahan pertanian oleh investor China menjadi babak baru dalam rivalitas AS-China. Kebijakan ini bukan hanya menyangkut ekonomi, tetapi juga menjadi simbol bagaimana Amerika kini semakin protektif dalam melindungi aset strategis dari campur tangan negara-negara yang dianggap musuh. Dunia kini menanti bagaimana kebijakan ini akan berdampak pada hubungan bilateral kedua negara serta sektor pertanian Amerika secara keseluruhan.